Sore itu menurunkan lembayungnya di antara riak ombak dan desah angin Samudra Hindia. Begitu Zivanna melangkah keluar dari jet pribadi, semburat jingga menyapa wajahnya, membelai rambut panjang yang terurai lembut oleh tiupan angin laut. Udara di sini tak lagi seperti kota, ia membawa asin laut, aroma tumbuhan tropis, dan ketenangan purba yang belum dijamah hiruk pikuk dunia. Langit membentang bagai kanvas basah, biru yang merekah lalu beradu dengan kelam yang merangkak. Di matanya, tempat ini tak terlihat nyata. Tapi Hakim menggenggam tangannya, seperti mengingatkan bahwa keindahan ini bukan mimpi, ini nyata, ini milik mereka. “Ayo, sayang. Saya akan tunjukan tempat yang lebih indah lainnya. Kamu pasti suka.” Mobil hitam elegan telah menunggu. Tidak ada kebisingan kota, hanya deru lemb