Semanis Madu

3214 Kata

Hakim sengaja tidak memberitahukan tentang liburan ke luar negara, supaya jadi kejutan. Untuk saat ini, ia ingin istrinya menikmati dahulu udara Yogya sepenuhnya dengan pelukan kota yang bersahaja, aroma tanah yang belum dikalahkan beton, dan ketenangan yang tak bisa dibeli oleh siapapun. Siang itu, di bawah langit yang mulai mengembang biru pucat, Zivanna menggandeng tangan Hakim sambil berjalan ke pendapa utama rumah joglo. Senyumnya mengembang, seolah dunia sedang baik padanya. Ia mengecup pipi Eyang Laksmi dan memeluk Eyang Pandega, pamit hendak berjalan-jalan ke Malioboro bersama suaminya. Sore belum datang, tapi suasana sudah menghangat. “Ati-ati, Le…” suara Eyang Laksmi lirih, tangannya melambai lembut. “Ojo lali njupuk foto nang pojok kereta jaran kuda lumping kae.” (Jangan lupa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN