Bulan Madu yang Tertunda

2471 Kata

Zivanna terbangun dari tidurnya. Jam di dinding masih menunjuk pukul tiga dini hari, waktu yang entah sejak kapan menjadi jeda tetap dalam tubuhnya. Mungkin karena terlalu lama terbiasa tidur sendirian, atau mungkin karena kenangan itu, tentang malam-malam dingin yang dipenuhi doa dan ketakutan, terus menetap di sela tulangnya. Ia menoleh pelan. Hakim tertidur di sisinya, dalam posisi yang jarang ia lihat, terlentang, tenang, alisnya tak lagi mengernyit seperti biasa. Wajah itu tampak lebih teduh, tubuhnya menyatu dengan selimut tipis, dan napasnya naik-turun perlahan. Zivanna tersenyum, lalu mencondongkan tubuhnya untuk mengecup pipi sang suami dengan pelan, seolah menyematkan ciuman itu sebagai penjaga mimpi. Ia bangkit pelan, mengenakan jubah tipis, dan berjalan menuju dapur. Meneguk

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN