"Davina? Siapa wanita itu...?" Kepala Zivanna terus berputar sejak mendengar nama itu dibisikkan oleh Sofia. Nama asing yang tak pernah ia dengar keluar dari mulut Hakim. Tapi bagaimana cara wanita itu menyebutkannya dengan lirih namun tajam, seolah nama itu adalah pusaka terakhir yang tak akan tergantikan, membuat d**a Zivanna menghangus seperti disiram larutan cuka dalam luka yang belum sembuh. Ia duduk diam di dalam mobil. Lampu jalan menyapu wajahnya dalam kilatan-kilatan temaram, menciptakan bayang-bayang yang menari di wajahnya yang dingin. Lolipop ungu masih berada di tangannya, perlahan ia isap, bukan karena manisnya, tapi karena itu satu-satunya alasan agar mulutnya tidak melontarkan pertanyaan bodoh yang akan membuatnya terlihat lemah. Ia hanya ingin tahu tapi terlalu takut aka