Karena Hakim pulang lebih sore, tak ada lagi kesempatan bagi Zivanna untuk menyelinap pergi. Kezia sudah pamit sejak sore, dan kini rumah terasa begitu sunyi... namun tidak benar-benar lengang. Zivanna memilih untuk menghindar. Dia mengunci diri di kamar mandi kamarnya yang lama, merendam tubuh dalam air hangat yang mulai dingin, membiarkan uap memenuhi udara sementara pikirannya melayang entah ke mana. Bukan hanya tubuhnya yang terasa berat, tapi juga pikirannya yang tak kunjung menemukan titik terang. Ada sesuatu yang berubah. Bukan hanya pada Hakim, tapi pada dirinya sendiri. Dan itu menakutkan. Air sudah surut, kulitnya mulai keriput, tapi Zivanna tetap duduk memeluk lutut di dalam bathtub. Ia berharap waktu melambat, berharap Hakim tidak akan mencarinya. Ia bahkan sempat menyesali ke