Air Mata Pengampunan

1799 Kata

“Bagaimana?” tanya Hakim, suaranya tenang namun dingin, pandangan tajamnya tidak lepas dari Ardian yang berdiri tegap di depannya. “Siap, Komandan,” Ardian mengulang laporannya, nadanya formal dan terukur. “Ibu Zivanna tadi ikut rombongan PIA Ardhya Garini Cabang Lanud Halim ke daerah terdampak banjir di Cipinang Melayu. Mereka bawa logistik makanan, siaga distribusi sampai malam.” Hakim menoleh pada jam di pergelangan tangannya. Matahari sudah condong ke barat, cahaya oranye memercik di sela jendela. Daerah rawan banjir… menjelang gelap… dan istrinya ada di sana. Rahang Hakim mengeras, napasnya terhembus berat, nyaris seperti menggeram. “Lalu… pekerjaan saya di sini tinggal apa, Ardian?” tanyanya datar, nada rendahnya penuh tekanan. “Siap, Kolonel. Tersisa evaluasi hasil tactical exer

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN