Kepemilikan

2335 Kata

Zivanna menggigit bibirnya, tapi tetap tak mampu menahan suara yang keluar. “Ahh… Om Hakim…” desahannya terdengar gemetar, manja, dan lemah pada ujungnya, bagai untaian nada yang tercipta dari hasrat paling dalam. Tubuhnya bersandar ke dinding marmer yang dingin, kontras dengan tubuh Hakim yang kini menekannya dari belakang, panas dan kokoh. Setiap hentakan membuat napasnya terhenti sesaat sebelum meledak dalam erangan baru, lebih tinggi, lebih lepas. “Ah… Om… pelan… pelan… Jangan… nghhhhh…” Suaranya pecah dan tangis kenikmatan yang samar. Hakim tak berkata apa pun, namun tarikan napasnya yang berat di belakang telinga Zivanna membuat gadis itu semakin menggigil. Napas itu berubah jadi erangan serak yang tertahan, seperti binatang yang kelaparan. Gerakan Hakim makin dalam, makin liar. T

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN