Namun sayangnya, kehangatan malam itu tak bertahan lama. Begitu sinar pagi menyusup masuk melalui celah-celah tirai putih, Zivanna terbangun dengan kesunyian yang asing. Ia menggeliat pelan, meraih sisi kasur di sebelahnya, hanya untuk mendapati ruang kosong yang dingin. Tak ada suara napas berat, tak ada lengan kokoh yang melingkarinya seperti malam sebelumnya. Hanya sepi. Dingin. Dan… hampa. “Om?” panggilnya pelan, tapi tak ada sahutan. Ia segera bangkit, berjalan tanpa alas kaki menuju kamar Hakim. Kosong. Lalu dengan langkah tergesa, ia mandi dan mengenakan setelan kasual berwarna pastel sebelum menuruni tangga. Rambutnya masih sedikit basah ketika tiba di lantai satu, dan yang menyambutnya hanyalah aroma kayu dari lantai mengilap, suara langkah pelayan yang sibuk, dan senyuman tenan