Side Life about Kezia

2014 Kata

Kezia mengabaikan telepon dari Papanya. Nama itu kembali bergetar di layar ponselnya, Bapakku Baharudin R. Prakoso, tapi jarinya justru menekan tombol senyap. Ia malas mendengar lagi suara tegas yang mengulang-ulang satu pesan untuk kembali kuliah, fokus pada seni, dan mulai menata studio pribadi di galeri yang sudah disiapkan. Semua itu terasa seperti rencana orang lain yang dipaksakan kepadanya. Saat ini ia lebih nyaman dengan toko pernak-pernik kecilnya, yang walau sederhana, membuatnya merasa punya kendali penuh atas hidupnya. Di sudut hatinya, ia masih kesal karena alasan di balik tekanan itu. Bukan hanya soal kuliah, Papanya terus saja melarangnya berdekatan dengan Ardanta. Bahkan kemarin, ketika Kezia pulang dari menjenguk Mika, Papanya langsung menuduh macam-macam, padahal ia tida

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN