Kezia menghela napasnya dalam ketika dia mendapatkan telepon dari Zivanna, lalu mengangkatnya. Suara khas Zivanna langsung terdengar di seberang. "Kode apartemen lo diganti?" Kezia mengerutkan kening. “Hah? Lah, lo ke apartemen gue? Ngapain?” Terdengar napas berat dari ujung sana. “Gue butuh tempat yang tenang, Kez. Kalau gue di rumah terus ketemu Om—eh, Hakim, gue tuh kayak... nggak bisa fokus. Gue harus beresin tugas. Weekend ini, gue mau tenang, please.” Kezia mencibir pelan, meletakkan ponselnya di antara bahu dan telinga sambil tetap mengaduk mie rebus di dapur. “Emangnya diizinin sama Om Hakim?” “Gue kabur dari Yogya, Kezia,” jawab Zivanna, pelan tapi tegas. “Dia juga lagi sibuk ke Lanud. Gue butuh ruang napas. Jadi gue pinjam apartemen lo, ya.” Kezia mendesah panjang lagi. “Ya