Di Ujung Penantian

2745 Kata

Kezia tengah menekan bel berulang kali. Hingga akhirnya suara klik terdengar dari balik pintu apartemen penthouse yang kokoh berlapis kayu jati gelap itu. Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan sosok ramah berseragam abu muda, rambut disanggul rapi. “Eh, Non Kezia, saya kira siapa,” ujar Mbak Surti dengan senyum mengembang. Kezia terkekeh kecil. “Saya cuma mau mampir sebentar, Mbak. Bawa kue cokelat buat Mika. Dia udah pulang kursus kan ya?” “Oh, ada, Non. Non Mika di dalam lagi main gambar. Silakan masuk, saya lagi nyetrika baju sekolahnya,” kata Mbak Surti sembari memberi jalan. Begitu Kezia masuk, aroma khas rumah yang dihuni anak-anak menyeruak, bau krayon, sabun bayi, dan sedikit wangi vanila dari diffuser di sudut ruangan. Apartemen penthouse itu luas, modern minimalis, tapi teta

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN