Setelah mendengar cerita itu dan makan siang bersama Ibu Ratri, entah mengapa Zivanna merasa enggan meninggalkan rumah besar tersebut. Ada kehangatan dalam setiap sudutnya yang baru ia sadari, dan ada seberkas cahaya yang muncul dari celah masa lalu suaminya, membuat semuanya terasa lebih manusiawi. Ia ingin lama-lama di sini. Maka, ketika Ibu Ratri mendapat kunjungan tamu, yaitu seorang kolega lamanya dari komunitas aktivis perempuan, Zivanna memutuskan untuk tidur siang di kamar Hakim. Ia menggeliat pelan saat bangun, cahaya sore merambat malas melewati tirai tipis berwarna krem di kamar itu. Napasnya masih tenang, matanya menatap langit-langit sebentar sebelum ia bangkit dan melangkah menuju rak buku besar yang tadi belum sempat ia telusuri secara saksama. Jarinya menyusuri punggung-pu