Ketika Zivanna terbangun, langit sudah berubah kelabu terang, bias cahaya pagi menerobos lewat celah gorden tipis yang lupa ia tutup semalam. Ruangan itu sunyi, terlalu tenang untuk sebuah rumah yang biasanya menyimpan ketegangan diam-diam antara dua orang penghuninya. Zivanna mengerjap, lalu perlahan memutar kepala ke sisi tempat tidur yang lain. Kosong. Hakim tidak ada. Selimut di sisi pria itu telah rapi, tidak ada sisa kehangatan, tidak ada suara napas berat, bahkan tidak ada aroma lotion yang biasa menempel di kulitnya. Entah sejak kapan pria itu pergi, apakah tadi pagi ketika Zivanna masih lelap, atau justru semalam setelah ia tertidur dalam pelukannya? Zivanna menarik napas dalam-dalam dan memutuskan untuk tidak peduli. Ia bangkit dari tempat tidur, lalu masuk kamar mandi untu