Benang Kusut

2524 Kata

"Bapak... mungkin Bapak bisa menghubungi dulu lewat ponsel saya, dan bicara dengan Ibu Zivanna?" tanya sang ajudan dengan nada hati-hati, berdiri tegak di ambang hanggar utama Lanud Halim Perdanakusuma, pagi itu. Langit biru bersih menaungi landasan yang sibuk dengan deru jet dan kendaraan logistik, namun suasana di ruang taktis yang semi terbuka ini justru terasa lebih berat karena satu nama: Zivanna. Hakim menggeleng pelan. Wajahnya tegas, kini telah dibalut seragam loreng udara Operasi Khusus TNI AU yang komplit dengan rompi taktis dan emblem Skadron elit. Tak ada seulas pun keraguan di matanya saat ia menjawab lirih namun mantap, “Dia pasti akan menutup panggilan. Saya harus bicara langsung.” Suara sang Kolonel terdengar dalam dan berat, khas militer. Namun di balik ketegasannya, Let

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN