Entah berapa lama mereka terombang-ambing di lautan. Zivanna kehilangan rasa waktu, yang ada hanya gelap dan bau asin laut bercampur dengan lembapnya ruang pengap tempat ia dan Kezia dikurung. Tangannya masih terikat ke belakang, kaki terbelenggu, mulut dibungkam dengan kain yang membuat napasnya sesak. Sakit di tengkuk akibat pukulan masih berdenyut. Kezia pun tak kalah parah, tubuhnya rebah di sampingnya, mata terpejam, seakan melawan kesadaran yang terus menipis. Dari sudut-sudut gelap ruangan, terdengar isakan pelan, lalu suara batuk, hingga… senyap. Satu per satu tubuh manusia di sana, sesama tawanan, mulai tumbang. Zivanna menjerit dalam hatinya ketika melihat seorang gadis muda kehilangan napas tepat di depannya, tubuhnya jatuh lunglai, nyawa hilang begitu saja tanpa ada yang bisa