“Kenapa kamu belum tidur?” Suara Hakim terdengar dalam dan rendah, mengejutkan Zivanna yang sedang menatap layar laptop dengan sorot mata kosong. Pintu kamar baru saja terbuka, dan pria itu kini berdiri di ambangnya, mengenakan setelan dinas abu gelap yang masih sempurna, dengan dasi yang baru saja dilepaskan dan kemeja atasnya sedikit terbuka. Zivanna buru-buru meminimalkan dokumen skripsinya, padahal halaman itu tak benar-benar terbaca olehnya sejak lima belas menit terakhir. “Nggak ngantuk,” sahutnya singkat. Suaranya terdengar datar, sedikit bergetar di ujungnya. Hakim melangkah masuk. Tidak berkata apa-apa, hanya meletakkan map kerja dan iPad di atas meja di sisi ranjang. Lampu gantung kamar menyinari rambutnya yang sedikit berantakan, membuat wajah pria itu tampak lebih dingin, le