Dua Cerita Berbeda

2163 Kata

Kondisi Zivanna benar-benar terguncang. Tubuhnya limbung, napas tak teratur, dan matanya membelalak kosong seperti kehilangan poros dunia. Ibu Ratri yang menyusul ke barak langsung menghampirinya dengan langkah cepat. Wanita paruh baya itu memeluk menantunya erat-erat, membawa aroma melati dari syal yang masih menguarkan sisa wangi rumah, seolah mencoba menyelimuti guncangan yang terlalu besar untuk ditanggung seorang diri. “Zivanna... Nak, pelan-pelan napasnya... Tarik pelan, ya…” bisik Ibu Ratri lembut, sembari menyodorkan secangkir teh panas yang dibawanya dari pantry barak, tangan gemetar karena cemas. Sementara itu, di sudut ruangan, masih dalam balutan jaket dinas tua yang menandai dirinya sebagai purnawirawan bintang empat, Wirya berdiri menatap keluar jendela. Matanya gelap, raha

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN