“Lo seriusan gak inget?” tanya Zivanna, setengah heran, setengah cemas, sembari menyuapkan sepotong buah naga ke dalam mulut. Kezia yang baru saja mengikat rambutnya ke atas, tampak masih kusut oleh tidur siangnya. Ia mengerjapkan mata dan mengangkat bahu. “Tahu-tahu gue udah di kasur, pakai kaos kaki dan selimut. Xavier gak bisa dihubungi. Ardanta juga. Kayak... blackout total. Tapi badan gue aman sih,” gumamnya, seolah menepis sesuatu yang mengganjal. “Seharian kemaren gue tidur, jadi hari ini bisa jalan lagi, hehehehe.” Zivanna menatapnya lebih lama dari seharusnya. “Mungkin Xavier ketemu Ardanta. Lo mabuk banget kemarin, jadi bisa aja dia nitipin lo terus cabut,” ujarnya dengan nada mencoba meyakinkan, walau batinnya sendiri menyisakan segaris kecurigaan. Tapi Kezia hanya menguap dan