“Mas ... itu hasilnya?” Qiana bertanya pelan, hampir seperti bisikan. Azka menghela napas. “Masih diproses. Mungkin butuh waktu beberapa jam.” Qiana meremas tangannya. “Kamu siap, Mas?” Azka tidak langsung menjawab. Wajahnya menegang, rahangnya mengeras. “Nggak tahu. Tapi aku harus tahu kebenaran yang selama ini tidak aku ketahui. Karena seandainya ... seandainya Tiara bukan anak kandungku, aku tetap tidak akan bisa meninggalkannya.” Qiana menatap suaminya dalam-dalam. Ada luka, ada kecewa, tapi juga ada cinta yang nyata di balik sorot mata Azka. Ia mengangguk pelan. “Aku tahu. Dan aku percaya.” *** Sesampainya di depan ICU, dokter Rina keluar lagi, wajahnya tampak lebih santai. Qiana segera menghampiri. “Bagaimana, Dok?” tanyanya cepat. “Transfusi sedang berjalan. Kami pakai donor