Mansion keluarga besar Syafiq berdiri megah di tengah taman yang luas. Halaman yang biasanya terasa tenang kini seolah berat oleh suasana yang tak kasat mata. Qiana melangkah pelan di sepanjang lorong menuju kamar tamu. Langkahnya nyaris tak terdengar di atas lantai marmer yang mengkilap, tetapi gemuruh di dadanya tak kunjung reda. Setibanya di kamar, Latifah, mama mertuanya, menepuk pelan pundaknya. “Qiana, istirahatlah dulu, ya. Jangan pikirkan yang berat-berat. Kita ngobrol santai saja nanti sore di ruang keluarga.” Qiana tersenyum kecil, menutupi perasaan berkecamuk di hatinya. “Terima kasih, Mah. Saya akan coba beristirahat.” Latifah mengangguk penuh perhatian sebelum beranjak meninggalkan kamar. Kini, Qiana perlahan-lahan menyelusuri tempat yang telah disiapkan oleh kepala pelayan