Diana menatap Azka dengan mata yang membulat. Dadanya naik turun, perasaan waswas menyelimutinya saat melihat sorot mata suaminya yang penuh kebimbangan. Ia seakan tahu, Azka akan memilih. Ia tahu, keputusan itu akan diambil siang ini. Dan di lubuk hatinya yang terdalam, ia takut.
Jika Azka memilih Qiana, maka semuanya akan berakhir. Diana tidak bisa membiarkan itu terjadi.
Maka, sebelum suaminya sempat membuka mulutnya, Diana tiba-tiba menekan dadanya dengan ekspresi kesakitan. Napasnya memburu, wajahnya tampak pucat. Lalu, dalam hitungan detik, tubuhnya melemas dan jatuh tak sadarkan diri di atas kursi rodanya.
"Diana!" Vera menjerit, langsung berlari mendekati putrinya. Ia mengguncang tubuh Diana dengan panik. "Diana! Bangun, Nak! Astaga, Azka! Kenapa kamu diam saja?!"
Azka tetap be
