Suasana di dalam mansion terasa begitu tegang. Azka berjalan cepat dari gazebo menuju pintu utama, membawa Tiara yang terus menangis dalam gendongannya. Wajah pria itu menunjukkan ekspresi tidak sabar, sementara tangisan Tiara memecah keheningan yang biasanya menyelimuti mansion itu. Ia melewati ruang tamu tanpa melirik siapa pun, langsung menaiki tangga menuju kamar Diana di lantai dua. Latifah menatap punggung putranya yang semakin menjauh dengan perasaan campur aduk. Wanita paruh baya itu menghela napas panjang, lalu menoleh kepada Qiana yang duduk terdiam, wajahnya tampak memucat. “Qiana, Mama rasa waktunya sudah tepat untuk kamu mengemasi barang-barangmu. Tinggal di sini bukan pilihan yang bijak lagi,” ujar Latifah lembut, meskipun nadanya tegas. Qiana memandang Latifah dengan mata