Bab 11. Makan Malam Yang Penuh Ketegangan

1251 Kata

Di ruang makan yang luas dan elegan, Azka duduk dengan wajah dingin. Kedua matanya menatap kosong ke arah meja makan yang penuh dengan hidangan, namun tak ada siapa pun di sana selain dirinya dan Amir yang setia berdiri di sudut ruangan, siap melayani. Waktu terus berjalan, menit demi menit berlalu, namun sosok yang ia tunggu—Qiana dan Tiara—tak juga muncul. Azka mengetuk meja makan dengan ujung jarinya, tanda ia mulai kehilangan kesabaran. "Pak Amir," panggilnya dengan suara berat yang memecah kesunyian. "Ya, Tuan Azka," jawab Amir dengan nada penuh kehati-hatian. "Suruh seseorang memanggil Qiana. Saya tidak punya waktu untuk menunggu lebih lama," pinta Azka, nada tegasnya jelas mengisyaratkan bahwa ini bukan permintaan melainkan perintah. Amir segera membungkuk ringan dan meninggalka

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN