Prajurit yang terlihat berbeda karena mengenakan seragam pasien itu malah asik bersandar di dinding. Memejamkan mata sembari menyilangkan dua tangan di depan d**a. Otot lengan yang tidak henti–hentinya dilatih saban hari itu terlihat sangat kekar. Pantas saja lawan tak mungkin tak gentar bila berhadapan dengan si pemimpin perang. Terjawab sudah alasan mengapa Yudha dan Sonya kesulitan menerka siapa yang memergoki mereka. Pelakunya merupakan seorang pasukan khusus handal yang memang terbiasa bersembunyi dari lawan—skillnya tidak perlu diragukan. "Bersiaplah memilih, Yudha," ucap Bima dengan suara rendah. "Mau ikut masuk rumah sakit atau pergi ke neraka," sambungnya seraya mendongak. Yudha tanpa sadar menelan ludah. Baru kali ini ada yang menawarkan sesuatu dimana kedua–duanya sangat ber