Bima duduk di ruangan dengan kepala bersandar di kursi, mata terpejam, dan pikiran yang tidak pernah tenang. Hari ini terasa begitu panjang dan melelahkan. Bukan karena tugas-tugasnya yang berat, bukan karena latihan yang menguras tenaga, tetapi karena pikirannya tidak pernah lepas dari satu hal—rumahnya. Sejak beberapa hari terakhir, Arafah menjadi begitu pendiam. Wajahnya yang biasanya ceria kini lebih banyak tertunduk. Dia tidak lagi menyambut Bima dengan senyuman setiap kali pulang, tidak ada tawa ringan atau percakapan kecil sebelum tidur. Semuanya berubah. Rumah mereka yang dulu terasa hangat kini terasa hampa. Bima tahu Arafah sedang menahan sesuatu. Dia tahu ada beban di hati istrinya, tapi setiap kali dia mencoba bertanya, Arafah hanya tersenyum kecil dan berkata bahwa dia ba