Perintah Resmi Sudah Turun.

1091 Kata

Arafah tidak tahu kapan tepatnya dia mulai terlelap di sisi Bima. Ketika membuka mata, yang pertama kali dia lihat adalah tatapan hangat dari sang Komandan yang rupanya telah lebih dulu terjaga. Bima asik memperhatikannya dengan senyum tipis yang tak pernah gagal membuat Arafah merasa aman. Dalam sekejap, Arafah menyadari betapa dekat dirinya dengan laki–laki itu —bukan hanya secara fisik, tapi juga secara emosional— meski nyatanya tak pernah berani mengakui secara terang-terangan. "Selamat pagi," sapa si pemilik senyum meneduhkan. Suara khas bangun tidur memberi kesan maskulin yang membuat Bima dua kali lebih keren dari biasa. "Apa saya tidak sengaja membangunkan mu, Fah?" tanyanya dengan intonasi lembut penuh kasih sayang. Arafah bergegas memperbaiki jilbabnya yang sedikit berantakan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN