Arafah tidak pernah menyangka bahwa perpisahan bisa terasa sesakit ini. Dulu, Arafah selalu yakin kalau dirinya adalah sosok yang kuat. Tenaga sukarelawan yang mampu berdiri di tengah kekacauan perang, menyelamatkan nyawa dan memberi kehidupan baru bagi seseorang. Namun, melihat Bima dibawa pergi oleh helikopter itu, Arafah menyadari bahwa kekuatan yang selama ini dia bangga-banggakan hanyalah semu belaka. Angin kencang berembus di atap rumah sakit, menyapu wajahnya lembut. Pandangan sayunya tidak lepas dari helikopter yang semakin menjauh, membawa Bima kembali ke tempat yang tidak bisa dia jangkau. Mata Arafah terasa panas, tetapi tidak ada air mata yang jatuh. Perempuan berhijab itu hanya berdiri di sana, mematung, membiarkan rasa sakit menggerogoti hatinya. "Jadi ini akhirnya?" gum