Rapat akhirnya selesai setelah hampir tiga jam penuh pembahasan yang serius dan cukup menguras energi. Bima menghela napas, meregangkan bahunya yang terasa kaku setelah duduk terlalu lama. Sesekali sang Komandan Militer itu melirik arloji yang dikenakan—menghitung waktu. Sudah tidak sabar ingin segera pulang dan bertemu Arafah. Sebelum Bima sempat keluar dari ruang rapat untuk kemudian melanjutkan sisa jadwal yang tersisa, seorang juniornya, Letnan Dika, bergegas menghampiri dengan wajah penuh semangat. "Komandan! Komandan Bima!" Bima menoleh dengan satu alis terangkat. "Kenapa kamu, Dik? Lari–lari begitu." Dika menyeringai lebar, matanya berbinar-binar seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan hadiah. "Saya baru saja menyelesaikan pendaftaran pernikahan, Komandan! Semuanya sudah