Arafah menghela napas panjang, sementara Yudha dan Sonya tertawa semakin keras. Sedang Bima, jangan tanya apa yang dia lakukan, karena nampaknya menggoda sang istri juga merupakan sesuatu yang dia suka. Setelah akhirnya tawa mereda, Sonya tersenyum lembut. "Tapi serius, aku ikut senang melihat kalian berdua bisa bahagia seperti ini. Aku tahu betapa sulitnya perjalanan kalian. Ada begitu banyak lika–liku yang musti kalian hadapi." Yudha mengangguk setuju. "Dulu, aku bahkan tidak yakin Bima akan bertahan. Kamu keras kepala sekali, Bim. Kalau bukan karena Arafah, mungkin kamu masih berkeliaran di medan perang tanpa memikirkan hidup sendiri." Bima hanya tersenyum samar. Dalam diamnya Bima sadar bahwa ucapan Yudha benar. Hidupnya dulu hanyalah pertempuran demi pertempuran, tanpa ada yang ben