Daffin masih syok dengan apa yang baru saja dilihatnya, ada seorang bocah lelaki yang wajahnya mirip dengan dirinya semasa kecil dulu. Dia terus menyangkal dan tidak percaya dengan apa yang dilihat. Namun realita menamparnya keras kala melihat Dewi kembali melintas di depannya, berjalan dengan cepat dan penuh rasa khawatir di tengah peluh yang membasahi wajah. Dia menggendong erat, khawatir bila cucunya itu kembali berlari seperti tadi sembari menyetabilkan napas. "Levin, ini berbeda dengan di tempat tinggal kita. Ini ibu kota. Di sini rame sekali dan banyak kendaraan besar. Kamu jangan sampai keluar dari jalan raya seperti barusan. Bila kamu ketahuan oleh ibumu mungkin kamu akan dikurung dan nggak boleh keluar," omel Dewi penuh sayang. "Ya, Nek. Jangan ... tolong jangan beritahu ibu, p