When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Sarapan pagi keluarga Galen nampak canggung dengan hadirnya Inggrid. Galen hampir tak berselera makan jika Kirana tak memaksanya untuk makan. Setiap gerakan Kirana, Inggrid selalu memperhatikannya. Di mulai dari melihat Kirana menggendong Nou pagi-pagi, lalu membuat sarapan dan kini Kirana bahkan ikut makan bersama. “Nou, makan yang benar sayang, jangan buang-buang,”ujar Kirana mencoba menasehati Nou. Nou melirik Kirana dan nyengir. Menunjukan deretan gigi yang baru berisi lima itu. “Bu, uapin,” pinta Nou. “Boleh, tapi, harus di habiskan, ya, makananya.” Nou mengangguk patuh. Semua orang melihat interaksi yang di lakukan oleh Nou dan Kirana. Mereka memang terlihat persis seperti ibu dan anak. Adinata melirik Inggrid yang mulai kesal terlihat dari wajahnya. Inggrid meletakkan sendok m

