Nancy melangkah keluar dari kamarnya dengan penuh percaya diri. Blus ketat berwarna putih membalut tubuhnya dengan sempurna, sementara rok pendek yang dikenakannya memperlihatkan kaki jenjangnya yang mulus. Tumit tingginya mengetuk lantai dengan ritme menggoda saat ia berjalan menuju ruang tengah. Begitu matanya menangkap sosok lelaki tampan yang berdiri di dekat meja, senyumnya semakin melebar. Om Vincent. Seperti biasa, pria itu terlihat begitu berwibawa dengan setelan jas hitamnya yang elegan. Rambutnya tersisir rapi, dan ekspresi wajahnya tetap tenang serta dingin seperti biasanya. Namun, ketampanannya memang tak bisa disangkal. Nancy berlari kecil mendekati lelaki itu, lalu tanpa ragu melingkarkan tangannya pada lengan kekar Vincent. "Om Vincent!" serunya dengan suara manja.