Part 29

2355 Words
"Ngapain kalian disini?" Pertanyaan itu tak bernada ramah sama sekali. "Liburan." Jawab Carina santai. Syaquilla ikut menganggukkan kepalanya, tampak antusias. "Sama siapa?" Tanyanya lagi. "Uncle." Jawab Syaquilla. Entah kenapa mendengar kata 'Uncle', sejenak membuat Caliana bernapas lega. Caliana tahu uncle yang dimaksud Syaquilla adalah Lucas. Atasannya yang sudah cukup lama ia kenal. Jadi, pria itu hadir juga? Tentu saja, Lucas dikenal akrab dengan para karyawannya, jadi tidak aneh jika dia ada di acara penting seperti saat ini. "Uncle nya mana?" Caliana kini celingukan mencari sosok pria tinggi berwajah tampan khas pria Indonesia-Turki. "Nyimpen tas dulu di kamar." Jawab Syaquilla lagi. Ia mengangguk. Sementara itu si pengantin pria datang mendekat. "Kamu kenal?" Tanya pria itu. Matanya mengarah pada dua remaja bukan kembar namun selalu bersama itu. "Iya. Ponakan gue." Jawab Caliana singkat. Dahi Chandra berkerut. "Loe sepupuan sama Sir Lucas sama Sit Adskhan juga?" Tanyanya kaget. Caliana menggelengkan kepala. "Yang keponakan gue itu dia.” Tunjuknya pada Carina. “Namanya Carina.” Carina yang namanya disebut seketika tersenyum manis dan melambaikan tangannya ke arah Chandra. "Nah yang disampingnya itu, baru anaknya Sir Adskhan." "Hallo, Om." Sapa Syaquilla dengan lebih anggun. Chandra memandang Carina dan Caliana bergantian. "Pantesan, muka loe berdua ada mirip-mirip nya." Jawabnya. Caliana hanya mengangguk. "Ayo, yang lain udah di dalem." Mereka berempat berjalan beriringan masuk ke area restoran. Caliana melirik ke sampingnya, tapi Gita tak ada disana. Padahal ia yakin kalau sejak tadi Gita berjalan di sampingnya. Beberapa rekan mereka yang bekerja di divisi yang sama tampak sudah datang dan tengah duduk mengitari meja persegi panjang. Mereka melambaikan tangan sebagai sapaan kala melihat Caliana dan Chandra datang. Restoran itu dibagi dua area. Area lesehan dan area berkursi biasa. Chandra tampaknya telah menyewa dua blok area lesehan. Karena teman-temannya tampak sudah menduduki dua blok tersebut. Bu Shelly, atasan mereka tampak melambaikan tangan ke arah Caliana dengan wajah senang. Di sampingnya ada seorang remaja perempuan tengah duduk seraya memainkan ponsel. Caliana menduga itu adalah putrinya. "Ibu datang juga." Ujar Caliana, ia benar-benar kaget dengan keberadaan direktur cabangnya itu. "Pastinya. Masa iya engga. Itung-itung ajak anak liburan juga." Jawab Bu Shelly. "Kinan, kenalin. Ini tante Caliana. Temen kerjanya Mama di kantor." Bu Shelly meminta perhatian anaknya. Gadis itu mengangkat kepalanya dan menatap Caliana. Ia kemudian mengulurkan tangan dan mencium punggung tangan Caliana. "Kinan umur berapa?" "Lima belas, tante." Jawabnya sopan. "Wah, gak jauh dong sama keponakan tante." Caliana mengarahkan pandangannya pada Carina dan Syaquilla. "Ini Carina dan ini Syaquilla. Keduanya sekarang kelas 13 tahun. Berarti adik kelas Kinan dong ya." "Oh, Carina sama Syaquilla sekolah dimana?" Wajah yang tadinya tampak lesu itu kini berubah antusias. Mungkin ia bosan dan bingung karena dikelilingi para wanita dan pria dewasa. Ketiga remaja itu akhirnya memiliki kubu sendiri dan mulai mengobrol. Tak lama kemudian, sebuah kericuhan terjadi. Bukan pertengkaran, namun sorakan teredam karena datangnya petinggi perusahaan. Mengejutkan lagi karena ternyata yang datang bukan hanya Lucas, seperti yang telah Caliana duga sebelumnya. Tapi juga Adskhan, dan sosok pria yang tampaknya lebih muda dari Lucas dan Adskhan di belakang mereka. Caliana tak bisa menahan dirinya untuk mengerutkan dahi. "Cowok cakep." Bisikan itu datang dari Gita. Sosok yang sedari tadi tak ia ketahui keberadaannya. "Darimana aja?" "Toilet. Mendadak mules. Eh pas keluar lihat cowok kece, gak sadar nih kaki malah ngikutin. Taunya, sepupu si Bos." Jawabnya lirih, terselip nada kecewa dalam suaranya. Ketiga pria itu mendekat, kilaunya mengalahkan si calon pengantin itu sendiri. Ia berjalan menuju tempat dimana Caliana duduk. Menyapa Bu Shelly dan memperkenalkan orang baru yang mereka bawa. "Mumpung semuanya sedang ada disini, jadi sekaligus saya perkenalkan. Ini Erhan, sepupu kami yang nantinya akan membantu kita di kantor pusat dan cabang Bandung selama beberapa waktu ke depan." Lucas memperkenalkan. Sorak sorai menyambut perkenalan itu. Bu Shelly menjadi orang pertama yang mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri. Setelah perkenalan tak resmi itu, akhirnya Adskhan, Lucas, Erhan dan si calon pengantin duduk di lesehan yang sama dimana Caliana, Gita serta ketiga remaja itu duduk. Karena Chandra merupakan tim divisi keuangan, maka tentu saja orang-orang yang kini tengah berkumpul di sana didominasi oleh orang divisi keuangan. Jadi sebenarnya tidak heran jika atasan langsung mereka, Bu Shelly ada disana. Tidak heran juga jika Lucas ada disana, mengingat hubungan baik atasannya itu dengan para bawahannya. Namun yang membuat semua orang disana heran, termasuk Caliana sendiri adalah, keberadaan Adskhan sang CEO dan sepupu mereka, Erhan. Bukan berarti keduanya tak di harapkan. Namun jelas, kedatangan kedua orang itu tak diduga. Mereka makan seraya sesekali berbincang. Dua blok itu tampak ricuh dengan gelak tawa. Beberapa orang bercerita tentang pengalaman lucu mereka sehingga suasana tidak kaku. Caliana berusaha sebisa mungkin menghindari kontak mata dengan Adskhan. Dan setiap kali ia menghindar ia malah mendapat senyuman Erhan. Pria itu tampaknya memerhatikan Caliana terlalu intens. Ketika magrib datang, kumpulan itu pun bubar. Caliana dan Gita kembali ke kamar mereka. Ia sendiri tidak tahu dimana Carina dan Syaquilla tidur. Namun satu yang pasti, kedua remaja itu berada dalam tangan yang aman. Setelah selesai dengan kewajibannya. Ia mendengar pintu kamarnya digedor-bukan diketuk-dari luar. Caliana dan Gita saling bertatapan. Bingung dengan tamu yang tak sopan itu. Tapi Caliana sudah menebak siapa yang melakukan hal tak sopan itu. Benar saja, ketika pintu dibuka, dia melihat keponakannya tengah tersenyum lebar ke arahnya. "Itan, Sayang." Ucapnya dengan nada manja. Caliana mengangkat sebelah alis menatap keponakannya. "Cari siapa?" Tanya Caliana sinis. "Itaaannn... Kok gitu sih." Rengeknya.”Itan masih marah ya sama Carin?” rajuknya lagi. "Ngapain kamu kesini? Itan mau istirahat. Capek!" Caliana hendak menutup pintu namun kalah cepat karena Carina sudah menyusup masuk ke dalam. "Itan, jalan-jalan yuk? Mamingan." Pintanya. Gadis itu menyapa Gita yang tengah berbaring di atas tempat tidur dengan lambaian tangannya. "Ini udah malem, Rin. Mau jalan-jalan kemana? Kayak yang tahu jalan aja." Caliana akhirnya menutup pintu dan masuk. Kamar yang disewanya bukanlah kamar ekslusif. Melainkan kamar satu ruang dengan kamar mandi di dalam. Di dalam kamar itu terdapat tempat tidur king size tepat dimana Gita tengah berbaring seraya menonton TV. "Ya kan mumpung ada disini, kita jalan-jalan aja. Keliling-keliling gitu." "Carina tersayang. Ini bukan kota besar macam Jakarta gak ada Mall yang buka sampe tengah malam. Emangnya kamu mau kemana?" "Kemana aja, Tan. Katanya di sini bakso sama mie ayam nya pada enak. Gitu." Carina masih tak menyerah. "Bakso?" Gita bangkit dari tidurannya. "Mau, tante diajak gak?" Gita memandang Carina dengan mimik penuh harap. Carina tersenyum dengan wajah jahilnya. "Diajak dong Tan, selama Itan ikut." Carina memandang Gita seolah memberikan kode padanya. Gita bertepuk tangan. Dengan cepat ia berdiri. Mencari sesuatu dari tas nya dan mengeluarkan celana jeans serta kaos lengan panjang. Ia kemudian mencari tas Caliana, membukanya dan menyerahkan celana jeansnya serta kaos lengan pendek. "Ayo, buruan Na. Bakso nih bakso." Serunya. Caliana menatap Carina dan Gita bergantian. Ia tadi sudah mengenakan baju tidur dua potong berlengan pendek sebatas lutut. Dengan mendecakkan lidah dia masuk ke kamar mandi dengan membawa pakaiannya. Tak sampai lima menit Caliana sudah mengenakan celana jeans yang seharusnya ia kenakan pulang besok dan kaos lengan pendek. Ia sama sekali tidak membawa jaket, jadi kalaupun dia kedinginan nanti-karena ternyata kota yang didatanginya ini bersuhu rendah-ia akan menyalahkan Carina. Meraih dompet dan ponselnya, Caliana mengikuti Carina dan Gita yang tampak lebih antusias. Carina membimbing mereka ke parkiran. Di samping Fortuner berwarna putih sudah berdiri tiga bodyguard Syaquilla. Siapa lagi kalau bukan ayah dan kedua pamannya. Lucas melambaikan tangannya, Caliana membalasnya dan tersenyum ramah pada pria itu. "Chandra memberikan referensi tukang bakso yang enak." Ujar pria itu. Caliana hanya mengangguk sebagai jawaban. Dengan baiknya Lucas membukakan pintu depan untuknya. Namun Caliana menolak. Dia menepis tangan pria itu dan membuka pintu belakang. Masuk dan duduk di bagian paling belakang. Gita dan Carina mengikutinya. Lalu Erhan dan Syaquilla. Yang berarti Adskhan dan Lucas duduk di bagian paling depan. Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya ketika mobil telah melaju. Gita : Loe knp? Tuh muka kelihatan licin bgt kyk abis di setrika. Caliana : Trus muka gw mesti kyk gmn? Mesti gitu gw cengengesan kyk orang gak waras? Gita : Y gk gtu jg keleus, bs kan sedikit beramah-tamah,, 3 cogan disini woy... Hellowww!!! Caliana: Mau loe blng ada seratus cogan jg, gw gk ngefek. Msh ganteng abang gw X kmn" Gita : Iya tahu, abang loe ganteng. Gk mesti pamer jg keles. Tp mereka kn atasan Qta, gk mau apa loe bikin mereka terkesan? Caliana : Trus semisal gw ramah, besok" gw naik jabatan gitu? Kok gw halu y? ??? Gita : Serah loe dh Dan percakapan pun berakhir. Mereka sampai pada lokasi yang ditunjukkan Chandra tak sampai lima menit. Tukang bakso yang dibilang Chandra berada di antara ruko yang menjual oleh-oleh khas kota Garut. Dan karena malam itu malam minggu, jadi tampaknya lebih ramai. Atau memang hari-hari biasapun seperti itu? Caliana tidak tahu. Yang jelas, seperti yang dikomentari Gita, Caliana benar-benar tidak terkesan telah diajak pergi malam itu. Ia bukannya tidak tahu kalau kehadiran keponakannya atas ajakan siapa. Karena tidak mungkin tiba-tiba Carina atau Syaquilla mengajukan diri untuk pergi liburan ke kota tetangga. Menghadiri pernikahan Chandra? Caliana mendengus sendiri. Memangnya seberapa dekat CEO mereka itu dengan Chandra? Bakso yang mereka pesan datang. Sedikit mengobati kekesalan Caliana karena rasanya yang enak. Meskipun mereka setidaknya menarik perhatian beberapa pengunjung karena kehadiran tiga orang pria dan remaja yang bisa dikatakan 'luar biasa'. Setelah makan yang diisi dengan perbincangan basa-basi, mereka pun keluar dari area tukang bakso. Hendak melanjutkan perjalanan dengan membeli oleh-oleh, Caliana hanya mengekori saja. Ia sama sekali tidak tertarik. Lagipula siapa yang mau ia belikan oleh-oleh? Ibunya sendiri belum akan pulang sampai beberapa hari kedepan. Lucas melihat kemuraman Caliana, dan pria itu duduk mendekat. "Kenapa disini ada aura-aura kesal, ya?” Sindir pria itu dengan nada geli dalam suaranya. “Syukurlah, setidaknya ada orang yang peka.” Ucap Caliana datar. “Kenapa?” “Entahlah, saya hanya merasa heran saja. Salah kalau misalkan saya heran melihat big boss tiba-tiba datang ke acara pernikahan rakyat jelata? Padahal selama saya bekerja di Coskun tiga tahun terakhir ini, belum pernah saya melihat beliau tampak di depan umum.” Komentar Caliana dengan ekspresi datar. Lucas tertawa. "Mungkin karena dia ingin berubah?” Jawabnya sederhana. "Berubah? Sedrastis itu? Kok rasa-rasanya ada yang janggal." Jawab Caliana. "Selama ini ada family gathering tuh orang kemana? Perasaan kerjaannya tapa mulu di ruangannya." Jawabnya tak kalah pedas. Lucas lagi-lagi tertawa. "Kamu kenapa, An?” Lucas kembali memandangi Caliana dengan penuh selidik. “Baru kali ini loh aku lihat karyawan yang segitu gak sukanya jalan sama atasan." "Gak kenapa-napa. Cuma jiwa karyawan saya menjerit." Jawabnya sinis. "Menjerit kenapa?" "Menjerit supaya tidak lagi diajak seperti ini. Jujur, saya ingin membatasi diri antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Saya malas mendengar bisik-bisik orang di belakang saya setelah kejadian ini.” Jawabnya lagi. "Bisa gak sih kita pura-pura gak kenal di luar perusahaan?" "Lho? Tapi kenapa? Keponakan kamu kan sahabatan sama keponakan saya?" jawab Lucas bingung. "Iya, itu memang fakta. Tapi bisa kan cukup sampai disana? Tidak perlu kita para orangtua juga mengakrabkan diri. Toh ini bukan semacam acara sekolah dimana para orangtua murid harus saling mengenal satu sama lain. Lagipula, kalau memang ingin dekat dengan karyawan. Seharusnya kalian mengajak Bu Shelly. Beliau juga membawa anaknya. Dan usianya juga hampir sama dengan Syaquilla. Di posisi kantor, beliau juga merupakan atasan saya yang berhubungan kerja langsung dengan kalian. Tidak akan ada komentar negatif dari karyawan lain seandainya mereka melihat kalian pergi bersama. Sementara sama saya?" Lucas tertawa lagi. "Kamu mikirnya terlalu jauh." Jawab Lucas. Caliana melirik Lucas. “Jangan berpura-pura bodoh dan tak paham keadaan, Sir.” Ucap Caliana tanpa ragu. “Saya mengatakan hal ini setelah saya membaca seluruh keadaan. Tentang Syaquilla, tentang Carina dan tentang sepupu Anda. Awalnya saya memang merasa semuanya biasa, ketika sepupu Anda tiba-tiba datang kepada saya dan meminta bantuan saya supaya bisa dekat dengan putrinya. Saya sudah menyarankan beliau supaya meminta bantuan Carina, ibu saya, tante Anda dan bahkan menyarankan Anda sendiri. tapi beliau punya alasan lain untuk menolak. Baik saya terima. Tapi setelah mendengar ucapan keponakan saya tempo lalu, saya semakin sadar bahwa dugaan saya itu benar.” “Jadi, kamu sadar akan rencana Adskhan?” “Menurut Anda?” “Apa kamu sebegitu tidak menyukainya?” “Menurut Anda?” “Caliana?” Lucas mencoba memberikan alasan pada gadis itu. Tapi Caliana terlanjur berdiri dan mendekati yang lain yang mengantri di kasir. Caliana tak lagi menoleh pada atasannya itu. Ia tidak peduli semisal Lucas tersinggung atau tidak. yang jelas, dia merasa tidak nyaman dan pria itu harus tahu akan hal itu. Ia berdiri di samping Gita yang berada dalam antrian namun masih melirik ke kiri ke kanan untuk mencari barang lain yang ingin dibeli. Bisik-bisik para pramuniaga membuat kepala Caliana semakin memanas. Terlebih saat mereka memuji ketiga bersaudara itu dengan bahasa daerah mereka yang mungkin tidak akan Gita dan yang lainnya sadari, namun bisa Caliana mengerti. Bahkan tanpa tahu malunya, mereka pujian mereka mengarah pada hal-hal yang berbau sensual. Ia hanya mendengus mendengarnya. Tak lama setelahnya, mereka sudah kembali ke dalam mobil dengan posisi duduk seperti saat mereka berangkat. "Kemana lagi kita?" Tanyanya pada para penumpang. "Kita balik ke hotel aja." Jawab Lucas mewakili. Jawaban yang benar-benar membantu Caliana. "Kenapa?" Tanya Erhan yang tampaknya belum puas jalan-jalan. "kardeşimiz birisinin tavrından hoşlanmamasını sağlar." (Saudara kita membuat seseorang tak suka dengan sikapnya.) Jawab Lucas dalam bahasa Turki. Caliana, Gita, Carina hanya terdiam. Sementara Syaquilla menatap pamannya. "Sevmiyorum? Neden? " Erhan tampak mengerutkan dahi. (Tidak suka? Kenapa?) "Daha sonra açıklayacağım. " Jawab Lucas datar. (Kujelaskan, nanti) Adskhan hanya mengangguk. Kembali menyalakan GPS dan melajukan mobilnya kembali ke hotel.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD