Part 14

1453 Words
Syaquilla kembali ke rumahnya bersama Carina pada jum'at sore dengan maksud mengambil pakaian ganti yang akan ia gunakan untuk weekend. Mereka cukup terkejut dengan keberadaan sosok wanita cantik yang duduk di atas sofa ruang tamu dengan majalah di pangkuannya. Gayanya lebih seperti pemilik rumah daripada seorang tamu. "Assalamualaikum.." Salam Syaquilla dan Carina bersamaan. Wanita yang mengenakan dress seksi berwarna ungu muda itu mengangkat sebelah alis memandang keduanya. Bukannya menjawab salam, wanita itu meletakkan majalah di atas meja dan berjalan mendekat. Matanya menatap Syaquilla dan Carina bergantian. "Cari siapa ya?" Tanyanya ingin tahu. "Tante siapa ya?" Balas Carina dengan nada malasnya. "Loh, saya yang nanya kamu cari siapa, kok malah kamu balik nanya saya siapa? Gak sopan banget." Jawab Anastasia dengan ketus. "Loh, tante dong yang gak sopan. Nanya cari siapa sama pemilik rumah." Jawab Carina membalas dengan gaya ketus yang sama. "Kamu? Putrinya Adskhan?" Mata wanita itu membelalak. Carina mengernyit. "Tante pacarnya om Adskhan?" Carina balik bertanya. "Om?" Anastasia balik mengerutkan dahi. Bukannya tadi bocah di depannya mengatakan pemilik rumah. "Saya bukan anaknya Om Adskhan. Dia yang anaknya Om Adskhan." Carina menunjuk Syaquilla yang ada di sampingnya dengan ibu jarinya. "Oh,, siapa nama kamu Sayang?" Tanyanya dengan sikap manis yang berlebihan. Carina mendecih seketika. "Syaquilla tante. Tante nungguin Papa?" Tanyanya lagi. Anstasia mengangguk. "Tapi Papa belum tentu pulang cepet." Komentarnya. Anastasia mengedikkan bahu. "Tak apa, tante tahu Papa kamu orangnya sibuk. Tante mau nunggu disini aja. Kamu mau nemenin tante?" Tawarnya lagi. Syaquilla menggeleng. "Syaquilla masih ada PR. Syaquilla tinggal dulu." Syaquilla menarik tangan Carina dan berjalan menuju dapur rumahnya. Asisten rumah tangganya menyapanya dengan senyum ramah seperti biasa. "Tamunya Papa udah lama disini, Mbah?" Tanya Syaquilla tanpa basa-basi. "Oh, yang di depan itu? Udah sekitar dua jam disini. Papa Non tadi bilang suruh pulang aja. Tapi tamunya ngeyel." Jawab ART Syaquilla. "Oh, gitu. Ya udah. Qilla sama Carin mau ngerjain PR dulu. Nanti malam Qilla nginep lagi di rumahnya Itan." Mbahnya tahu siapa yang disebut Itan meskipun tidak pernah bertemu. Perempuan lanjut usia itu mengangguk dan menawarkan makanan. Setelahnya Syaquilla dan Carina pergi menuju kamar. "Waahh,, kayaknya bentar lagi bakal ada janur kuning La. Mau gaya apa nih? Western, Turki, atau ala-ala lokal?" Ledek Carina saat mereka sudah sampai di kamar Syaquilla. Gadis itu meletakkan tas nya sembarangan di atas karpet dan kemudian menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur. tubuhnya terbaring miring dengan lipatan siku menahan kepala. Tatapan matanya menggoda Syaquilla. "Apaan sih, Rin.” Cebik Syaquilla dengan kesal. “Gak banget." Tolaknya mentah-mentah. "Trus kamu maunya Papa kamu selamanya jadi duda gitu? Dupan, duda mapan." Carina tersenyum geli dengan panggilan ejekannya. "Katanya mau kayak aku, punya adek. Tapi giliran Papanya mau nikah, kok malah gak mau sih?" Carina kembali bangkit dan meraih tas nya. Ia mengeluarkan buku-buku pelajaran dari dalam ranselnya, sama sekali tak menyadari perubahan wajah Syaquilla yang sendu. "Aku mau punya adek.” Jawaban lirih sahabatnya itu membuat Carina menghentikan gerakannya. “Banyak kalo bisa.” Lanjutnya lagi. “Tapi aku gak mau punya ibu tiri kayak dia." Ucapnya dengan nada merengek. Carina memaku. Ia mendekati sahabatnya yang duduk di atas tempat tidur. "Trus kalo bukan dia, siapa? Papa kamu punya kecengan lain?" tanyanya ingin tahu. Syaquilla menggeleng pelan. "Aku gak tahu. Yang aku tahu, aku maunya Itan." Ucapnya dengan tegas. Seketika Syaquilla menoleh, memandang Carina dengan tatapan penuh permohonan. Seolah Carina adalah orang yang bisa mengabulkan keinginannya. “Lah, emangnya si Itan itu barang.” Ledek Carina. “Lagian emangnya Papa kamu mau sama cewek aneh kayak Itan?" Carina balik menatap sahabatnya ragu. Syaquilla mengedikkan bahu. "Tapi aku maunya dia yang jadi ibu aku, Rin." Syaquilla kembali memandang sahabatnya dengan penuh harap. Carina memutar bola mata, tapi kemudian kembali memandang sahabatnya. “Kalo kamu mau Itan jadi ibu kamu, ya kamu minta Papa kamu nikahin dia. Simple, kan?” ucapnya masuk akal. “Iya, tapi gimana caranya?” tanya Syaquilla dengan nada putus asa. Carina lagi-lagi mengedikkan bahu. “Ya mana aku tahu, Rin.” Jawab Carina seenaknya. “Riinnn… kan biasanya juga kamu banyak ide.” Lagi-lagi Syaquilla membujuk. Carina memandang sahabatnya itu dengan sebelah alis terangkat. Ia menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Matanya menerawang memandang langit-langit. “Mungkin gak sih Papa kamu nikahin Itan? Iya, Itan emang cakep, tapi cewek yang dibawah itu lebih cakep loh, La. Emang kamu gak bakal nyesel?” tanya Carina, sedikit nada mengejek terselip dalam suaranya. “Carin, ih.” Syaquilla yang mulai kesal kini menepuk tangan sahabatnya. “Serius.” Rengek Syaquilla lagi. “Dua rius, La.” Ucap Carina lagi. “Ada sih, cara supaya Papa kamu mau sama Itan.” Ucap Carina. Syaquilla memandangnya dengan antusias. “Apa? Gimana?” tanyanya. “Kita hipnotis Papa kamu. Buat dia suka sama Itan.” Jawabnya logis. Syaquilla membelalakkan mata. “Hipnotis?” tanyanya tak yakin. Carina mengangguk. “Yang bener dong, Rin. Siapa yang bisa hipnotis Papa?” “Ya tukang hipnotis.” Jawab Carina santai. “Di tv kan banyak tukang hipnotis. Kita sewa aja mereka. Kamu kan kaya, minta duit sama Granny buat nyewa mereka juga Granny bakal kasih.” Syaquilla memandang sahabatnya. Bibirnya mencebik kesal karena saran yang dianggapnya tak masuk akal. Carina tertawa melihat ekspresi sahabatnya. Ia kembali bangkit dari tidurannya dan merangkul bahu Syaquilla. “Oke, cari cara lain.” Ucapnya kemudian. “Kita buat mereka ketemu, trus mereka jatuh cinta. Habis jatuh cinta, mereka pasti bakalan nikah.” Jawab Carina masih dengan sikap santainya. Syaquilla kemudian mengangguk setuju. Tapi apa jatuh cinta memang semudah itu? semudah membalik telur di atas wajan? Tapi Syaquilla sendiri kan yang membuat permintaan tak masuk akal itu. Syaquilla pada akhirnya menarik napas panjang dan kemudian berbaring di atas tempat tidur dengan tatapan menerawang terarah ke langit-langit. Pukul lima kurang Syaquilla mendengar pintu gerbang rumahnya terbuka. Dari jendela ia melihat mobil yang digunakan Papa nya masuk terus yang ia tahu akan menuju ke tempat parkir yang ada di bagian belakang rumah. "Papa kamu dah pulang?" Carina mendongakkan kepalanya dari modul di hadapannya. Syaquilla mengangguk dengan gaya malas dan kembali duduk di hadapan Carina. "Gak mau pedekate sama calon buti?" Lagi-lagi Carina menggoda. "Apaan sih, Rin. Qilla kan udah bilang gak mau punya buti kayak dia." Carina lagi-lagi tersenyum geli melihat ekspresi sahabatnya. "Ya, kan yang mau nikah Papa kamu. Bukan kamu. Terima nasib aja." Carina menepuk punggung tangan sahabatnya pelan. Jelas sekali dia sedang mengejek sahabatnya itu. "Tenang aja, nanti kalo Itan aku nikah, kamu aku jadiin pagar ayu deh. Aku bilangin sama orang-orang yang nanya kalo kamu anak angkatnya Itan. Biar sekalian dia minta suaminya buat jadiin kamu anak angkat beneran. Gimana? Plus-plus kan tawaran aku. Udah dapet mama angkat kayak Itan, trus plus dapet sepupu kecenya pake badai kayak akoh." Tunjuknya pada diri sendiri dengan nada bangga. Syaquilla malah membalas dengan melempar penghapus dan tepat mengenai kening sahabatnya itu. "Qilla!" Pekik Carina dengan mata melotot. "Kamu itu yah, udah dikasih hati malah minta ginjal. Ini kepala mahal tau!" Carina berujar seraya mengusap keningnya. Bukannya meminta maaf, Syaquilla malah kembali melempar Carina dengan benda-benda lainnya. Alhasil entah bagaimana mereka berakhir dengan perang bantal dan boneka. Keduanya tertawa karena kelelahan sambil bersandar pada ranjang. "Itan bakal jemput kesini nggak?" Tanya Syaquilla setelah napas mereka berubah normal. "Gak tau.” Jawab Carina dengan napas yang masih tersengal. “Tinggal jalan aja kerumah aku kan simple." Jawab Carina. Ia mulai bangkit dan membereskan alat sekolahnya. "Bukannya kita mau nginap di rumah Itan?" Syaquilla turut bangkit. Namun memilih duduk di atas tempat tidur. "Iya, kita nginap di rumah Itan. Tapi sebelumnya ke rumah dulu buat bawa baju ganti aku. Habis itu kita minta sama uncle buat anterin ke rumahnya Itan.” Sarannya yang diakhiri dengan menutup tas nya. “Makanya, buruan beresin baju-bajunya biar gak bolak-balik." Perintah Carina yang dijawab anggukan Syaquilla. "Kamu kok kayak gini sih? Gak kayak kamu yang biasa?" Carina dan Syaquilla mendengar suara rengekan manja saat mereka menuruni tangga. Suara itu terdengar dari arah ruang kerja Adskhan. "Memangnya aku yang biasa seperti apa? Jangan berlebihan Sya. Kita itu gak punya hubungan apa-apa." Suara Adskhan yang dingin membuat Syaquilla dan Carina saling berpandangan dan bergidik ngeri. "Apa maksud kamu gak punya hubungan apa-apa. Lalu selama ini kita ini apa?" Pekikan amarah itu kembali terdengar. Namun yang ada malah keheningan. Lagi-lagi Carina dan Syaquilla saling pandang. Tak lama dari itu, suara pintu yang ditutup dengan kasar terdengar memekakkan telinga. Wanita berbaju ungu muda itu berjalan cepat seraya menghentakkan kakinya. Saat mereka dekat, wanita itu mendesis. "Dasar anak wanita jalang!" Dan kemudian berlalu begitu saja. Lagi, Syaquilla dan Carina hanya bisa saling pandang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD