DELAPAN

1519 Words
  Hati yang tadinya merasa gelisah dan bersalah dengan perlahan menjadi tenang. Ketika matanya bertemu dengan mata Alvan. Bahkan saat ia melihat senyum di wajah tampan itu. Dan saat itulah ia tau harus memulainya dari mana.  Dirinya ingin menyudahi semua sedihnya. Ia melupakan sakit dan luka di hatinya akibat di tinggalkan oleh yang di cinta. Dan mencoba untuk membangun cinta yang baru. Jadi ia tidak akan melakukan setengah-setengah. Tangannya menarik bagian depan kaus yang di kenakan Alvan untuk lebih dekat. Kemudian dengan perlahan ia mendekatkan wajah mereka. Sampai ia bisa merasakan hangat napas pria itu di wajahnya. Juga aroma mint yang begitu menyejukkan. Dengan perlahan ia memejamkan matanya saat bibir mereka bertemu. Ia meresapinya. Dan merasa hatinya bergemuruh lagi. Jujur ada sedikit rasa bersalah pada Dude dan juga pada Alvan. Tapi, ia mencoba mengenyahkannya. Bergerak bangun dari posisi duduknya untuk semakin menghapus jarak, dengan di ikuti oleh bergeraknya bibir melumat bibir suaminya. Ya, pria di depannya yang bersamanya sekarang bukan orang lain. Bukan orang asing, Alvan adalah suaminya. Pria itu adalah suaminya, orang yang paling berhak atas dirinya. Jantungnya berdebar entah karena apa, tapi saat Alvan membalas ciumannya ia tau kalau keputusan nya ini sudah benar. Di peluknya leher Alvan untuk lebih memperdalam lagi ciuman mereka. Dengan sensual ia mengusap tengkuk pria itu dengan ibu jarinya. Membuat ciuman pria itu menjadi lebih liar. Bisa ia rasakan jika tangan Alvan bergerak di tubuhnya. Membawanya duduk di pangkuan pria itu. Ia tidak menolak, dengan masih melumat dan berbagi hisapan bibir ia menuruti pria itu. Bisa ia dengar erangan tertahan Alvan saat tangan kanannya merambat ke d**a bidang laki-laki itu. Lalu kemudian ciuman mereka terlepas sebentar karena Alvan menarik lepas kaus itu. Ia menelan ludah, memandangi tubuh suaminya yang sempurna. Ini bukan pertama kalinya ia melihat Alvan bertelanjang d**a. "Kamu suka dengan yang kamu lihat?.' bisik Alvan di telinganya. Dan dengan naluriah ia mengangguk, menggigit bibirnya sendiri. "Kamu boleh menyentuh nya." Bisik Alvan lagi. Kemudian mengecup daun telinganya. Ia memejamkan mata, tangannya menyentuh d**a itu. Rasanya darahnya langsung merasa aneh. Aliran darahnya di rasa panas dan terjadi sengatan. Mulutnya terkunci rapat untuk tidak mengeluarkan suara yang akan membuatnya malu. Tapi, ia tidak bisa bertahan lama ketika kecupan dan hisapan Alvan berpindah ke leher nya. Ia melenguh dengan desahan. Membuat ia bisa merasakan senyum Alvan di lehernya. Tangannya meremas bahu suaminya, dan ia tidak sama sekali kaget ketika Alvan mengangkat tubuhnya dan membuatnya menjadi berbaring di kasur. Ia kembali menyambut bibir Alvan dan melumatnya lebih liar. Tidak sama sekali ingin menyudahi semuanya. Bahkan ia membiarkan tangan Alvan bermain di paha nya. Sampai tangan itu merambat ke atas, masuk kedalam lingerie minimnya. Ia mendesah lagi ketika tangan besar itu meremas payudaranya. Napas mereka menjadi berat, Alvan menarik diri. Menatap nya dengan kabut gairah yang sudah memuncak. Ia tidak bisa menghentikan kegiatan mereka sekarang. Melihat Alvan sudah sangat b*******h dan ia juga tidak akan menghentikannya.  Karena ini lah cara memulai semuanya. "I want you." Bisik Alvan meminta izin. Ia mengulum senyum, menyentuh pipi Alvan dengan lembut. Lalu kemudian mendorong dengan perlahan d**a pria itu untuk memberi ruang ia bangun. Dengan sendirinya ia menarik gaun tidur minim nya dan melepaskan nya dari tubuhnya. Lalu membuangnya ke bawah, setelah itu menarik leher Alvan untuk ia cium dan melumatnya. "Ya." Itu adalah jawaban nya. Alvan langsung bergerak liar, melumat bibirnya dengan cepat dan penuh napsu. Ia mendesah lagi dan lagi ketika tangan Alvan langsung bergerak di bawah sana. Ciuman pria itu berpindah ke payudaranya yang sudah menegang. Malam ini ia membiarkan semuanya terjadi. Karena itulah langkah awal yang harus ia ambil untuk memulai semuanya. Dan ia tidak akan menyesal, karena memang Alvan berhak mendapatkan tubuhnya. Pria itu adalah suaminya, dan halal untuknya. Jadi ia tidak mundur lagi dan membiarkan Alvan menikmati malam pertama mereka yang tertunda lama sekali. *** Lavina mencoba mengatur napas nya ketika Alvan berguling kesamping. Melirik pria itu yang juga melakukan hal yang sama, saat Alvan membalas menatapnya pria itu tersenyum puas. Membuat senyum itu menular padanya. Setelah itu, Alvan menarik selimut untuk mereka dan juga menariknya kedalam pelukkan. "Makasih ya." Ujar Alvan mengusap lengangnya. "For what?." "Karena kamu mau ngasih kesempatan untuk kita." Jawab Alvan. Ia mengulum senyum, mendongak untuk menatap Alvan. Lalu membalas senyum itu dengan ramah. "Aku juga makasih, karena kamu selalu ada di sisi ku." Ujarnya lagi. Alvan tersenyum lagi, pria itu menunduk untuk menciumnya. Dan ia menyambutnya dengan baik. Dikulumnya bibir Alvan dengan manis. Tanganya mengusap rahang kokoh pria itu dengan sensual. Sampai ia kembali berhasil memancing gairah yang membara lagi di antara mereka berdua.  Ia tertawa lembut saat Alvan langsung berguling kembali ke atasnya. Menciumnya lebih cepat dan lebih liar. Yang ia balas dengan perasaan yang sama.  Lavina membiarkan lagi, Alvan membuka kedua kakinya dan mengarahkan kejantanan itu kepada miliknya. "Al.." lirihnya dengan desahan saat ia merasa perih itu lagi. Alvan hanya menyaut pelan, karena masih fokus pada penyatuan mereka. Pria itu melakukan dengan selembut mungkin dan sehati-hati mungkin agar tidak menyakiti Istrinya. Saat pertama tadi sangat sulit untuk menembusnya, ia bahkan sampai tidak tega ketika melihat air mata Lavina. Tapi, wanita itu masih mau menyemangati nya. "Ahk!." Erang Lavina antara nikmat bercampur sakit. Saat milik suaminya masuk sepenuhnya.  Ia langsung memeluk Alvan dengan erat. Meremas punggung suaminya dengan kuat. Sekedar melampiaskan rasa sakit itu. Seperti yang pertama tadi, Alvan tidak langsung bergerak. Ia membiarkan Lavina untuk terbiasa lebih dulu. Bermain dengan cumbuan mesra dan intim. Memulai dari berciuman untuk sekedar mengalihkan rasa sakit. Saat di rasa cukup, barulah ia bergerak dan langsung membuat Lavina mendesah. Alvan mengulum senyum, memandangi Lavina yang tengah menikmati penyatuan mereka. Mendengar desahan istrinya yang sangat menggoda dan semakin membuatnya semangat. "Al.. emm." Panggil Lavina di sela-sela desahan nya. "Iya?". Saut Alvan yang terus menggenjot istrinya. "Mau berjanji satu hal..ahh.." "Ya.. " jawab Alvan melirik pada penyatuan mereka. Lavina tidak lagi bisa menjawab, karena mulai merasakan kalau ia akan meledak sebentar lagi. Alvan bergerak semakin cepat di atasnya. Bahkan ruang kamar itu hanya di isi oleh suara penyatuan mereka, desahan dan derit tempat tidur. Mereka tidak lagi perduli jika kegiatan mereka akan terdengar keluar. Tapi, tidak juga. Karena di lantai dua hanya ada kamar Lavina dan kamar tamu yang kosong. Sedangkan kamar utama, yaitu milik orang tua Lavina berada di bawah. Jadi, tidak mungkin suara mereka akan terdengar kebawah bukan?. Setengah jam kemudian, Lavina mengerang panjang. Begitu juga dengan Alvan. Ia menekan dalam-dalam miliknya hingga menyentuh dinding rahim istrinya. Menyemburkan cairan cinta nya di dalam sana. Dan kemudian langsung melempar tubuhnya lagi ke samping Lavina. Napas mereka sama-sama tersengal, ia harus memuji suaminya. Alvan sangat hebat. Pria itu bisa memberinya o*****e berkali-kali. "Semoga cepat jadi ya." Kata Alvan mengusap perutnya. Membuat ia terkejut dan mukanya langsung memerah. Dan Alvan tertawa melihat itu. "Apasih". Katanya menepis tangan Alvan. Dan tawa Alvan pecah,. Membuat Lavina semakin malu dan salah tingkah. Membuat ia melayangkan bantal ke muka suaminya itu. "Hahaha... Memangnya kamu gak mau punya anak, apa? Pasti lucu kalau di tengah-tengah kita nanti akan ada Lavina atau Alvan junior. Kalau nanti cewek pasti cantik seperti Mamanya. Kalau cowok ganteng kayak Papanya". Kata Alvan. Ia hanya menggeleng kepala. Lalu memandang suaminya yang terlihat mulai membayangkan itu akan terjadi. Dan diam-diam ia mengamininya dalam hati. "Al." Pria itu menoleh padanya. Menatap matanya dengan teduh. "Boleh gak, aku minta kamu jangan pernah menemui Mikha lagi."  Alvan menaikkan alisnya. Memandangnya dengan bingung. Dan Lavina langsung mengusap kening itu. "Aku mau minta maaf sama kamu". Lanjut Lavina. "Buat?." "Aku ngomong ke Mikha tentang hubungan kita. Kontrak pernikahan kita."  "Apa?!" Alvan sampai terkejut dan tidak percaya dengan ucapan istrinya. Lavina langsung bangun dari baringan nya. Menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, meski Alvan sudah melihat semuanya.  "Al, jangan marah ya?. Itu udah lama banget. Aku gak mikir kalau kita bakal seperti ini sekarang". Jelasnya cepat. Tidak ingin Alvan marah. "Saat dia kerumah nemuin kamu, aku bicara sama dia. Dan mengizinkan dia untuk dekatin kamu lagi. Aku bodoh banget memang. Aku tau. Tapi, aku waktu itu cuma gak mau bersikap egois." Alvan menelan ludahnya, kemudian menghembuskan napas panjangnya. Apalagi saat melihat muka memelas Lavina, semakin membuatnya tidak tega untuk marah. "Yaudah, lupain aja. Aku juga gak ada hubungan apa-apa sama Mikha." Jawab Alvan yang langsung membuat Lavina tersenyum lega. "Tapi, aku boleh minta hal yang sama. Sama kamu?". "Apa?". "Jangan menemui Dude, lagi." Ujarnya. Lavina langsung terkesiap, menatap getir pada suaminya. Lalu menghela napas berat. Wanita itu membuang pandanganya dari Alvan. Lalu berbalik, membuat Alvan kecewa. Ia berfikir jika Lavina akan menolak. Tapi, istrinya itu hanya mengambil ponsel di atas nakas lalu kembali padanya. Alvan melirik kegiatan istrinya. Entah sedang apa. Namun, sejenak kemudian memperlihatkan layar padanya. "See". Kata Lavina menunjukkan sebuah kontak yang di masukkan kedalam daftar hitam. Dan nama Dude tertera disana. Alvan mengulum senyum nya. Lalu menarik gadis itu kedalam pelukkan nya. "Aku jadi makin cinta sama kamu". Kata Alvan. Ia hanya mengulum senyum, membalas memeluk suaminya. Lalu membalas mengecup bibir Alvan dengan lembut. Untuk sekarang, hanya itu yang bisa ia berikan. Tapi nanti, ia akan berusaha. Berusaha membuka hati untuk Alvan. Jatuh cinta sama suaminya. Saat itu tiba, ia akan membalas perkataan cinta itu. Ia akan mengungkapkan nya dengan mesra.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD