Dan tentu saja, tak mungkin anak buah sang Ketua diam saja saat pemimpinnya kuhajar. Dengan cepat, mereka berlima langsung meloncat ke arahku. Menolong si Codet sekaligus menyerangku. Kalau dah kek gini, nggak ada lagi teknik dan trik. Pokoknya, semua yang ada didekatku adalah musuh. Titik. Aku melupakan semuanya dan berubah seperti pendulum yang mengayun kesana kemari. Tak berpikir sama sekali dan meninju apapun yang bergerak dan mendekat ke arahku dengan tetap berdiri kokoh di tempatku. Apapun. Siapapun. Kalau dia bergerak dan menuju ke arahku, maka dia jadi targetku. Suara riuh rendah teriakan dan rintihan terdengar dari sekitarku tapi aku tak peduli. Aku tetap mengayunkan pukulanku kesana kemari tanpa berpikir dan sesuka hati. Aku juga tak mengindahkan sama sekali rasa sakit