Bab 5. Kehidupan Baru

1102 Words
Setelah Galang pergi, Novia kembali masuk ke dalam rumah. Dia akan kembali ke lantai dua, karena tadi dia meninggalkan Niko dalam keadaan tidur. Namun, saat Novia hendak naik, Bik Darmi menghentikannya. “Nov, sarapan dulu,” panggil Bik Darmi. “Nanti aja, Bik. Mau liat Mas Niko dulu,” jawab Novia dengan senyum ramah. “Kata Pak Galang kamu harus makan teratur. Biar asi kamu bagus katanya. Udah ayo makan dulu.” “Hmm ... kalo gitu, Novia liat Mas Niko dulu bentar ya. Soalnya tadi lagi tidur.” Bik Darmi tersenyum lalu mengangguk. “Iya. Cepetan sini ya. Bibik siapkan.” Novia mengangguk lalu segera melangkah lagi menuju ke lantai dua. Dia ingin memastikan bayi asuhannya itu baik-baik saja dan dalam kondisi aman. Novia meletakkan bayi mungil yang sedang tidur lelap itu ke dalam box bayi. Demi keamanan selagi dia makan, agar Niko tidak terjatuh. Novia kembali ke ruang tengah. Dia melihat Bik Darmi menyediakan makanan di meja makan, sesuai dengan perintah Galang. “Bik, kok makan di sini. Kan ini meja makannya Pak Galang,” ucap Novia yang takut salah. “Gak papa. Emangnya kamu mau makan di mana lagi kalo gak di sini, Nov?” “Tapi kan ini punya Pak Galang. Di dapur aja, Bik. Tapi Bik, ini kenapa lauknya banyak banget. Saya gak biasa makan kayak gini.” Novia kaget melihat makanan enak tersaji di hadapannya, yang biasanya hanya bisa dia makan sebulan sekali setelah hari gajian. Itu pun juga kalau dia dapat bonus. “Pak Galang yang suruh. Kamu harus makan makanan yang bergizi. Kan Mas Niko nanti bakalan ambil gizi kamu. Jadi kamu harus sehat.” “Ya tapi kan ini ma—“ “Waah ... bagus banget ya. Pegawai baru, makan di meja majikan, makanan juga udah persis kayak makanan majikan. Waah ... enak banget kamu kayaknya ya, Nov,” sahut Wati yang tidak suka dengan keistimewaan yang diberikan pada Novia dari Galang. “Hust! Kamu ini ngomong apa sih, Wat. Ini kan emang perintah Pak Galang.” Bik Darmi membela Novia. “Perintah?” Wati berdecih lalu segera melihat ke arah Novia. “Eh, Novia. Kamu pake jurus apa bisa bikin Pak Galang nerima kamu di sini? Kamu dari agensi mana?” tanya Wati dengan nada angkuh. “Agensi? Agensi apa?” Novia kebingungan, tidak mengerti maksud Wati. “Maksudnya kamu dari biro pekerja mana, Nov. Pak Galang gak sembarangan mau memperkerjakan orang di rumahnya,” terang Bik Darmi. Bik Darmi menoleh ke arah Wati. “Eh Wati, mending kamu gak usah cari masalah deh. Kamu bersihin sana kamarnya Mas Niko.” “Ogah! Kan dia pengasuhnya sekarang, jadi dia aja yang beresin semuanya. Dulu aku juga gitu kok, Bik. Sekarang kenapa dia dibedain?” tolak Wati dengan ketus. “Udah gak papa, Bik. Ntar biar saya yang beresin semua.” Novia mengalah. “Nah, gitu dong. Jadi anak baru di sini jangan ngelunjak!” Wati segera pergi dan duduk santai di sofa tengah sambil menonton TV. Bik Darmi menghela napas dan menggelengkan kepalanya. “Tu anak makin gak bisa dikendalikan. Liat aja, ntar aku aduin ke Pak Galang,” gumam Bik Darmi sambil melihat Wati yang sedang santai. Novia tersenyum pada Bik Darmi. “Udah Bik, biarin aja. Novia makan di dapur aja, Bik. Gak biasa makan di tempat bagus begini, ntar jadi kagok,” ucap Novia sambil mengangkat piring untuk dia pindahkan ke dapur. Bik Darmi yang melihat apa yang dilakukan oleh Novia pun tidak punya pilihan lain selain membantu Novia membawa piring itu. Dia menyuruh Novia makan di meja dapur dan mengambilkannya kursi plastik. Novia pun segera sarapan, agar dia bisa kembali menjaga Niko. Dia tidak ingin bayi itu akan menangis mencarinya saat bangun nanti. “Kamu sebelumnya kerja di mana, Nov?” tanya Bik Darmi ingin tahu. “Di kantor Pak Galang, Bik. Novia OB di sana,” jawab Novia. “Oh gitu. Trus kamu kok bisa jadi ibu s**u Mas Niko. Emang kamu punya anak?” tanya Bik Darmi sambil menoleh ke arah Novia yang sedang makan. Novia terdiam sejenak dan menelan makanannya. Dia kemudian meneguk air minum, untuk sedikit melegakan tenggorokannya yang sedikit tersedak. “Anak saya meninggal beberapa minggu lalu, Bik. Panas tinggi,” jawab Novia berusaha tetap tegar. “Ya ampun, Nov. Yang tegar kamu ya. Tapi kayaknya kamu masih muda banget, kamu umur berapa?” “20, Bik. Masih kemudaan ya?” Novia menunduk malu. “Gak lah. Bibik dulu malah nikah umur 15.” Bik Darmi tertawa sendiri. “Trus suami kamu di mana, Nov?” lanjut Bik Darmi ingin tahu. Novia menggeleng. “Gak tau, Bik. Sejak saya hamil, saya ditinggal dan dia gak ada kabar sampe sekarang.” “Kurang ajar emang suami kamu itu. Tapi ya udah lah ya, gak usah sedih. Kalo kamu sedih nanti asi kamu terganggu keluarnya.” “Iya, Bik. Makasih ya Bik udah baik sama Novia.” Bik Darmi tersenyum. “Iya udah, makan sana yang enak. Kalo butuh apa-apa kamu bilang aja ke Bibik ya.” Novia tersenyum lalu kembali meneruskan sarapannya. Dia merasa sedikit tenang, karena ada orang yang menyayanginya juga di sini. Setelah sarapan, Novia segera kembali ke kamar atas. Dia mengajak Niko bermain dan mengajari bocah kecil itu sesuai usianya. Saat Niko tidur, Novia akan membersihkan kamar dan juga mencuci pakaian Niko. Dia takut Wati akan marah, jika dia menyuruh wanita itu membantunya mengurus perlengkapan Niko. Hari ini Galang pulang lebih cepat. Nanti malam dia akan pergi ke undangan, jadi dia ingin bersiap di rumah saja sambil mengontrol pekerjaan Novia. Galang melihat Novia turun dari lantai dua sambil menggendong Niko. Novia menganggukkan kepalanya, menyapa bosnya itu. “Mau ke mana kamu?” tanya Galang. “Mau di sini aja, Pak. Kamar Mas Niko lagi dibersihin Bik Darmi,” jawab Novia. “Kok Bik Darmi, Wati mana?” Novia melihat ke arah taman sejenak. “Gak tau, Pak. Saya juga baru turun.” “Anak itu emang keterlaluan! Biar say—“ “Galang,” panggil seseorang dari belakang. Galang menoleh ke arah belakang. “Mama. Tumben Mama ke sini sore-sore,” tanya Galang yang kaget dengan kedatangan mamanya. Vera melihat ke arah putra sulungnya. “Emang kenapa kalo ke sini sore. Gak boleh?” “Bukan gitu, Ma. Tum—“ “Siapa dia?” tanya Vera sambil melihat ke arah Novia dengan tatapan tajam. Galang menoleh ke arah Novia sebentar lalu kembali melihat ke arah Vera. “Dia pengasuh Niko yang baru, Ma.” Vera melihat ke arah Galang. “Pengasuh? Punya hak apa kamu sampe ganti pengasuhnya Niko, hah?! Kamu itu—“ bentak Vera. “Ma!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD