Suara sirene ambulans meraung di sepanjang jalanan kota, menusuk kesunyian malam. Di dalamnya, Revan menggenggam tangan Lira yang dingin. Napasnya masih tercekat penuh ketakutan. Sementara itu, wajah istrinya pucat dengan kelopak matanya tertutup rapat dan tubuhnya terbaring lemah di atas tandu. "Istri Anda akan baik-baik saja, Pak," suara paramedis terdengar samar di telinga Revan. "Kami akan segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut setibanya di rumah sakit." Revan tidak menjawab. Ia hanya menatap wajah Lira yang begitu damai dalam ketidaksadarannya. Tapi Revan tahu, ini bukan tidur biasa. Dan itu membuat hatinya semakin teriris. Di sampingnya, Irma menggigit bibir dengan kekhawatiran mewarnai wajahnya. Ia memegang tangan Lira di sisi yang lain, sementara matanya terus menerus menatap