Sepupu Jahil

1276 Words

Kini Mahendra berpindah duduk di sebelahku, sementara Bima— dengan ekspresi wajah kesal— menarik kursi dari depan meja kerja dan duduk di sebelah Nina, ingin memastikan tak ada lagi “serangan mendadak” dari sang adik. Dirga? Duduk manis di sofa single, seolah kekacauan kecil barusan bukan ulahnya. Meski tampak polos, ada kilatan puas di matanya yang sulit disangkal. Dia membuka salah satu kantong makanan dan mulai menyusun kotak-kotak bento dan gelas kopi di atas meja. “Tenang aja, ini bukan upacara lamaran kok. Cuma acara perkenalan,” ucapnya santai sambil menyodorkan satu gelas kopi ke arahku. “Ini favorit kamu kan, Ayla? Cappuccino latte, less sugar, no ice.” Aku terdiam sejenak. “Bagaimana kamu bisa tahu?” Dirga mengangkat bahu. “Aku punya mata-mata. Namanya Galang. Sangat bisa dia

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD