Entah apa yang sedang terjadi, tiba-tiba saja aku menyadari sesuatu yang aneh saat kami sudah masuk ke kabin pesawat. Aku melirik ke kursi sebelah—kosong. Padahal jelas-jelas tadi Mahendra bilang boarding pass-nya : 1B. Tapi sekarang, tempat dudukku 1A, dan kursi di sebelahku justru tak berpenghuni. Aku menoleh ke barisan depan dan belakang, berharap melihat Mahendra sedang berjalan ke arahku. Tapi tidak ada. Beberapa detik kemudian, suara langkah cepat terdengar dari arah lorong. Mahendra muncul dari kabin belakang dengan wajah penuh rasa bersalah, lalu mendekat ke tempatku duduk. “Sayang,” ucapnya pelan sambil membungkuk sedikit di samping kursiku, “Galang salah pesan kursi.” Aku terkejut. “Maksudnya?” Mahendra mengangkat boarding pass-nya, memperlihatkan nomor kursi: 3C. “Katanya

