52. Seandainya Bukan

2832 Words

Sudah sejak siang Vio menunggu kedatangan pria itu, tetapi Ryota baru tiba menjelang petang. Sebenarnya Vio sendiri tidak tahu untuk apa dia begitu menantikan kedatangan Ryota. Entah untuk menemani kebosanannya, atau karena titipan manis dingin lezat yang sudah sangat Vio nantikan kehadirannya. Yang pasti, Vio tidak sabar. Maka begitu mendengar pintu apartemennya terbuka, Vio cepat-cepat berlari menyongsong Ryota. “Lama banget sih datengnya.” Vio menyambut kedatangan Ryota dengan wajah cemberut. “Maaf.” Ditodong demikian, Ryota spontan meringis. “Saya sudah berusaha ke sini secepatnya.” “Tapi buktinya lama,” gerutu Vio. “Saya sedikit kesulitan mencari titipan kamu.” “Oh …, jadi maksudnya kamu repot?” Langsung saja Vio melipat tangan di depan dadanya sambil menatap galak pada Ryota. “

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD