Bab 15. Berdebar dan Tersipu

1152 Words

Darah Bela masih mendidih setelah direndahkan begitu oleh Dhea. Tapi ia berusaha keras menenangkan diri. Bela masih ingat kata dokter kandungan tempo hari saat ia dirawat karena pingsan, dirinya tidak boleh stres. “Klienku itu kakaknya Dhea bukan Dhea, tenang, tenang,” gumamnya sembari menyetir dengan cukup pelan menuju butiknya. Tepat ketika ia berhenti di lampu merah, ponselnya berdering panjang. “Halo?” sapanya tanpa melihat siapa yang menelepon. “Kak Bela, apa kabar?” Suara Alya terdengar di ujung telepon. Bela tersenyum lembut, meski tentu saja Alya tidak dapat melihatnya. “Baik. Ada apa kok telepon?” “Kan waktu itu Kakak sakit, pingsan sampe perdarahan. Kandungannya nggak apa-apa?” Meski terdengar tenang, tapi Bela bisa mendengar nada khawatir yang samar dalam suara Alya. Dan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD