“Dhea.” Tristan menjawab setelah keduanya duduk bersebelahan di sofa ruang kerja Bela. Buket bunga mawar merah itu juga duduk bersandar di sofa di sebelah Bela. Dan kini, untuk sementara, buket bunga mawar merah yang indah itu terlupakan. Karena satu kata yang meluncur dari bibir Tristan sukses membuat Bela membeku. “Dhea? Dhea tunangan kamu itu?” “Mantan.” Tristan mengoreksi. “Yah, maksudnya itu.” Bela memperbaiki duduknya, wajahnya serius. “Tapi dari mana kamu tahu kalau itu dia?” Tristan juga terlihat memasang ekspresi serius. Ia mencondongkan tubuh, menatap Bela lekat. “Awalnya aku kira ada orang yang punya akses ke rekaman CCTV ruang publik sepertiku. Tapi ternyata, setelah aku coba melihat dari sudut pandang lain, aku mencoba menggeledah hp-ku.” Bela mengernyit. “Jangan bilang