Bab 22. Ngebet Nikah

1140 Words

“Kamu nggak bisa menarik kata-katamu lagi,” ucap Tristan sembari menyetir kembali ke butik. Ia melirik Bela dan tersenyum tipis. Sementara Bela—yang baru saja menyadari betapa impulsifnya dirinya, hanya bisa membuang pandang ke luar jendela mobil. Berharap bisa menyembunyikan rona wajahnya yang memerah. Tristan terkekeh kecil melihat tingkah Bela. “Kenapa? Menyesal?” godanya. “Diem, Tris,” protes Bela lemah. Tawa renyah Tristan kembali mengudara. “Jadi kita nikah pake tema apa nih?” Bela menghela nafas pelan, semakin merasa malu. “Bisa nggak jangan dibahas sekarang?” “Nggak bisa,” jawab Tristan tegas, tak menyediakan ruang untuk protes dan bantahan. “Kita harus segera menikah sebelum perutmu membesar.” Bela terhenyak, spontan menoleh pada Tristan. Lantas ia menunduk, menatap perutny

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD