Kaila menatap suaminya, Brian, yang tampak lebih rapi dari biasanya. Rambutnya tertata dengan sempurna, kemejanya terseterika rapi, dan yang paling mencolok adalah aroma parfum yang berbeda. Kaila mengerutkan kening. “Kamu ganti parfum?” tanyanya pelan. Brian yang sedang memasukkan berkas ke dalam tas kerja hanya menoleh sekilas, lalu berdeham. “Iya, yang kemarin kurang enak dipakai.” Kaila semakin heran. Bukankah parfum sebelumnya adalah favorit Brian? Ia sering mengatakan bahwa wangi itu sudah menjadi ciri khasnya. “Tapi bukankah kamu selalu bilang parfum yang lama itu favoritmu?” Kaila bertanya hati-hati. Brian berhenti sejenak, lalu menatapnya dengan ekspresi datar. “Selera orang bisa berubah, Kaila,” ucapnya dingin. “Jangan banyak tanya. Aku mau ke kantor sekarang.”