Bab 80

1421 Words

Bara terbangun dengan kepala berat dan tubuh terasa lelah. Ia baru bisa memejamkan mata setelah azan Subuh berkumandang, dan itu pun hanya berlangsung selama dua jam sebelum akhirnya ia terbangun karena rasa gelisah. Kepalanya berdenyut, seolah-olah mengingatkannya pada kebodohan yang telah ia lakukan dini hari tadi. “Sial!” geramnya, mengusap wajahnya dengan kasar, seakan itu bisa menghapus semua rasa bersalah yang menghantui. Ia segera bangkit dari tempat tidur, langkahnya tergesa meski tubuhnya terasa berat. Pikirannya hanya tertuju pada satu hal—Kaia. Ia harus meminta maaf, bahkan jika harus berlutut di hadapannya. Bara membuka pintu kamar dengan cepat, memanggil dengan suara serak namun penuh harap. “Sayang... Maafkan aku…” Namun, tidak ada siapa pun di sana. Kamar itu kosong. Lan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD