Setelah pertengkaran itu, kabin kembali diselimuti keheningan yang tebal, namun kali ini ada yang berbeda. Suasana yang tadinya penuh ketegangan dan amarah kini terasa rapuh. Damien melepaskan Seraphina perlahan, tangannya masih memegang lengannya, memastikan ia tidak akan melarikan diri lagi. Wajahnya yang biasanya kaku dan dingin kini terlihat lebih lembut, dipenuhi dengan penyesalan yang mendalam. "Duduklah," bisiknya, menuntun Seraphina ke sofa di depan perapian. Api yang menyala hangat kini terasa lebih menenangkan daripada sebelumnya. Seraphina menurut. Ia duduk, memeluk lututnya, menatap kobaran api. Ia tidak menatap Damien. Ia tidak bisa. Matanya terasa panas, hatinya bingung. Damien kembali ke dapur. Tanpa suara, ia mengambil panci sup yang sudah dingin, memanaskannya kembali, d

