BAB 2

1851 Words
  Nadya Menatap Lesuh Wajahnya Pada Cermin Di Hadapannya. Terlihat Kedua Matanya Yang Membengkak Dan Hidungnya Yang Memerah Karena Habis Menangis Semalaman. Hari Ini,  Nadya Tidak Sekolah Karena Memang Libur. Sebenarnya Hari Ini Ia Dan Teman - Temannya Sudah Ada Jadwal Akan Liburan Ke Yogyakarta, Tetapi Mengenai Kondisi Keuangannya Yang Tidak Memungkinkan, Nadya Mengurungkan Niatnya Untuk Pergi Bersama Teman -Temannya Dengan Alasan Dirinya Ingin Pergi Bersama Keluarga.   Jujur Nadya Sangat Ingin Berlibur Bersama Teman-Temannya, Tapi Ia Harus Mengerti Dan Tidak Ingin Memaksa Keadaan Yang Nantinya Akan Membuat Kedua Orang Tuanya Tambah Bersedih. Nadya Tidak Mau Itu Terjadi, Ia Begitu Menyayangi Dan Akan Menuruti Perintah Orang Tuanya.   Nadya Berjalan Menuju Balkon Di Kamarnya, Ia Melihat Ke Arah Halaman Rumahnya Yang Terlihat Kosong Melompong. Biasanya Di Sana Terparkir Mobil Kesayangan Miliknya, Tapi Kali Ini Tidak Ada Lagi Karena Hari Ini Orang Tuanya Terpaksa Harus Menjual Untuk Biaya Kehidupan Sehari - Hari.   Lagi - Lagi Nadya Menangis, Dirinya Masih Tidak Percaya Atas Apa Yang Terjadi Kepadanya Saat Ini Sangat Lah Menyedihkan, Tapi Dia Harus Menerima Ini Karena Yang Ia Hadapi Dan Terima Saat Ini Memang Benar - Benar Nyata. Kehidupannya Berubah 360 Drajat. Dalam Waktu Sekejap, Semua Barang - Barang Mewah Dijual Untuk Membayar Hutang Dan Kebutuhan Lainnya, Bahkan Sekolahnya Pun Terancam Karena Biaya Yang Harus Di Keluarkan.   Nadya Meratapi Kesedihannya Secara Mendalam, Ia Tidak Bisa Menyalahkan Orang Tuanya Karena Semua Ini Terjadi Memang Sudah Suratan Takdir. Meski Dengan Perasaan Sangat Kecewa, Nadya Belajar Untuk Berlapang Dada Dan Menerima Kenyataan Pahit Ini.   Merasa Jenuh Dikamar, Nadya Memilih Untuk Turun Kebawah Menuju Ruang Tengah, Seperti Kebiasaannya Ia Selalu Saja Berteriak - Teriak Memanggil Nama Orang Tuanya.   “ Maah….. Pah….” Teriak Nadya Seraya Berjalan Menuju Ruang Tengah, Namun Langkahnya Terhenti Saat Melihat Ada Seorang Tamu Yang Tengah Berbincang Dengan Kedua Orang Tuanya.   “ Eh—Maaf. ” Nadya Menutup Mulutnya Saat Melihat Tamu Dan Kedua Orang Tuanya Itu Menoreh Ke Arahnya Akibat Teriakannya Tadi. Dengan Perasan Malu, Nadya Melangkah Mundur Dan Bergegas Kembali Menuju Kamarnya Sambil Memukul Mulutnya Yang Baru Saja Di Gunakan Untuk Berteriak -Teriak.   “ Ternyata Lagi Ada Tamu, Duh Ini Mulut Gak Bisa Banget Kalo Gak Teriak –Teriak. “ Ia Terus Saja Menyalahkan Dirinya Sendiri.   Di Ruang Tengah Lastri Dan Guntur Masih Terus Saja Berbincang - Bincang Dengan Tamunya Yang Tak Lain Adalah Albert, Rekan Kerjanya Sewaktu Perusahannya Belum Bangkrut.   “ Tadi Itu Siapa? ” Tanya Albert Penasaran Dengan Gadis Yang Baru Saja Muncul Lalu Pergi Begitu Saja.   “ Dia Anak Kami Pak,” Lastri Menyahut.   “ Oh Begitu! ” Albert Hanya Mengangguk.   “Jadi, Bagaimana Pak Albert? Kira - Kira Bapak Bisa Memberikan Kami Perpanjangan Waktu Untuk Melunasi Hutang - Hutang Kami? ” Guntur Bicara Dengan Hati - Hati Kepada Lelaki Yang Duduk Di Hadapannya Itu.   “ Kalian Sudah Terlalu Lama, Bahkan Jumlah Hutang Kalian Itu Sangat Besar. Dengan Keadaan Kalian Yang Seperti Ini Bagaimana Bisa Kalian Akan Melunasi? ” Dengan Tegas Albert Menjawab Membuat Lastri Dan Guntur Terdiam Membisu Karena Memang Benar Adanya Jika Mereka Sendiri Juga Bingung Bagaimana Bisa Melunasi Hutangnya.   “ Begini Saja, Saya Punya Tawaran Menarik Meskipun Terdengar Konyol! ” Ucap Albert. Lastri Dan Guntur Saling Bertatapan Dalam Kebingungan Sebelum Akhirnya Membuka Suara.   “ Tawaran Apa Ya Pak? ” Tanya Lastri Dan Guntur  Bersamaan.   Albert Terdiam Sejenak Sebelum Akhirnya Bicara  “Jadi Begini ……”       **     Lastri Mengetuk Pintu Kamar Nadya Beberapa Kali Sampai Akhirnya Anaknya Itu Membukakan Pintu Dan Membiarkannya Masuk Kedalam. Lastri Duduk Diatas Kasur Nadya Dan Menyuruh Putrinya Itu Ikut Duduk Di Sebelahnya.   “ Ada Apa Mah? ” Tanya Nadya.   “ Nadya Ada Yang Ingin Mamah Bicarakan Sama Kamu. “ Wajah Lastri Sedikit Cemas, Ia Seperti Tidak Ingin Mengungkapkan Apa Yang Akan Ia Katakan Kepada Putrinya Itu.   “ Apa? ”   “ Nadya Kamu Mau Kan Kehidupan Kita Seperti Dulu Lagi? ” Lastri Meraih Tangan Nadya Dan Di Genggamnya Dengan Erat. “ Semua Hutang - Hutang Papah Kamu Akan Lunas Dan Kita Tidak Perlu Hidup Susah. “ Lanjut Lastri.   “ Mau Banget Mah. Nadya Pingin Kayak Dulu Lagi. “ Sebuah Senyuman Terukir Di Wajah Nadya.   “ Kamu Mau Kan Bahagiain Mamah Dan Papah?”   Dengan Cepat Nadya Mengangguk. “ Tentu Saja. Setiap Anak Ingin Membahagiakan Orang Tua Nya. Termasuk Nadya, Apapun Akan Nadya Lakukan Demi Membahagiakan Mamah Dan Papah.“ Ucap Nadya Semangat.   “ Kalau Begitu, Mamah Harap Kamu Mau Menuruti Apa Yang Akan Mamah Katakan.”   “ Memangnya, Mamah Ingin Nadya Melakukan Apa? ” Nadya Masih Tetap Menampilkan Senyumnya Yang Manis.   “ Mamah Mau…. Mau Menikahkan Kamu, Sayang. “ Dengan Perasaan Sedikit Tidak Yakin Lastri Melontarkan Pernyataan Yang Sudah Pasti Akan Membuat Anaknya Itu Sangat Terkejut.   Terkejut, Sedih Dan Bingung.   Tiga Kalimat Yang Menggambarkan Perasaan Nadya Saat Ini. Senyum Yang Sejak Tadi Terukir Di Wajah Nadya Perlahan Mulai Memudar. Nadya Melepaskan Tangannya Yang Sejak Tadi Di Genggam Ibunya.   “ Nikah? Maksud Mamah Apa? ”  Suara Nadya Sedikit Meninggi Membuat Lastri Sedikit Terkejut.   “ Kamu Tau Kan, Laki - Laki Yang Tadi Bicara Sama Mamah Dan Papah Di Ruang Tamu? ” Lastri Bertanya.   Nadya Mengangguk Pelan. “ Jadi Maksud Mamah, Nadya Akan Mamah Nikah Kan Dengan Lelaki Yang Seumuran Dengan Papah? Mamah Nyuruh Nadya Nikah Sama Lelaki Seperti Itu Hanya Demi Melunasi Hutang - Hutang Papah! “ Nadya Menggeleng Tak Percaya Atas Apa Yang Baru Saja Ia Dengar.   “ Tega! Kalian Rela Nikahin Nadya Demi Melunasi Hutang! ” Mata Nadya Memanas Dan Sudah Siap Mengeluakan Cairan Yang Akan Membasahi Pipinya.   “ Nadya, Dengerin Mamah Dulu! Bukan Dia Yang Akan Menikah Dengan Kamu! Tapi, Anaknya Om Albert.  Mamah Juga Gak Mungkin Menikahkan Kamu Dengan Lelaki Yang Sangat Jauh Usianya Dengan Kamu! “ Tegas Lastri Mencoba Memperjelas.   “ Nadya Gak Mau Mah! Nadya Gak Mau Nikah Di Usia Nadya Yang Masih Sangat Muda! ” Tangis Nadya Pecah, Ia Sudah Tidak Dapat Lagi Menahan Air Matanya. Nadya Merasa Dunia Ini Begitu Kejam Hingga Dirinya Harus Mendapati Nasib Yang Mengerikan Ini Menurutnya.   “ Nadya, Jika Tidak Melunasi Hutang - Hutang, Ayah Kamu Bisa Di Penjara Dan  Rumah Ini Akan Disita! Kita Mau Tinggal Dimana Lagi! Nadya, Kamu Tau Kan Papah Kamu Itu Punya Penyakit Yang Setiap Minggunya Harus Cuci Darah Dan Itu Memerlukan Biaya Yang Cukup Besar Nadya, Kalau Tidak Cuci Darah Kondisi Papah Kamu Akan Semakin Buruk. “ Lastri Bicara Dengan Mata Berbinar.   “ Tolong Mah, Jangan Paksa Nadya Untuk Hal Ini! Nadya Mohon! “  Dengan Gemetar Nadya Memohon Kepada Ibunya Yang Juga Ikut Terlihat Sedih Memaksa Anaknya Harus Menikah.   “ Nadya, Mamah Yakin Kamu Akan Bahagia Dengan Anaknya Om Albert! Dia Lelaki Berpendidikan Dan Mamah Yakin Kehidupan Kamu Akan Terjamin. Mamah Juga Gak Mungkin Menikahkan Kamu Dengan Lelaki Asal – Asalan. Tolong Kamu Pertimbangkan Lagi Nadya, Mamah Mohon! ” Lastri Juga Ikut Memohon, Meskipun Jujur Dalam Relung Hatinya Yang Terdalam Tidak Ingin Keadaan Ini.   “ Nadya Gak Mau! Nadya Mohon, Sekarang Mamah Tolong Keluar Dari Kamar Nadya! ” Teriak Nadya Sambil Menangis, Ia Sungguh Tidak Sanggup Jika Terus Di Paksa Seperti Itu.   “ Nadya Tolong----“   “ Nadya Gak Mau Menikah Mah! Di Saat Masa - Masa Sma,  Di Mana Masanya Nadya Pengen Main Dan Bersenang - Senang Dengan Pacar Serta Teman –Teman. Semua Harus Mamah Rusak Demi Keegoisan. Kalo Nady Nikah, Apa Kata Temen - Temen Nadya Mah. Nadya Malu Mah Malu! ” Nadya Meluapkan Isi Hatinya . Rasanya Dia Ingin Menjerit Meratapi Nasibnya.   Lastri Terdiam Sambil Menangis, Hatinya Ikut Merasa Sakit Mendengar Ucapan Nadya Tadi. Menurutnya Yang Putrinya Katakan Itu Benar, Harusnya Ini Adalah Masa Di Mana Anaknya Itu Bahagia Dan Menikmati Masa Remajanya, Namun Semua Itu Akan Hilang Jika Nadya Akan Menikah Di Usianya Yang Masih 17 Tahun.   Lastri Bangkit Dari Duduknya, Ia Memilih Untuk Meninggalkan Putrinya. Pada Saat Lastri Keluar Kamar, Ia Berpapasan Dengan Suaminya Yang Sejak Tadi Berada Di Depan Kamar Nadya Untuk Mendengarkan Bagaimana Pembicaraan Istrinya Itu Dengan Nadya.   “ Sudah Jangan Dipaksa. Sekarang Kamu Istrahat Saja, Papah Akan Bicara Dengan Nadya. “ Lastri Mengangguk Dalam Tangis, Ia Memilih Untuk Kembali Kekamarnya. Sedangkan Guntur Kini Masuk Kedalam Kamar Nadya, Terlihat Gadis Itu Tengah Terduduk Di Lantai Sambil Menangis Tersedu - Sedu.   “ Nadya, Anak Papah Yang Cantik. Ayo Bangun Jangan Duduk Di Lantai Seperti Ini. “ Guntur Membungkukan Tubuhnya Untuk Membangunkan Tubuh Nadya Dan Mengajak Putrinya Untuk Duduk Di Atas Kasur.   “ Papah….” Nadya Bergetir.  “ Nadya Gak Mau Nikah Muda. “ Tangisnya Kembali Pecah Dalam Pelukan Sang Ayah. “ Tolong Jangan Paksa Nadya …” Suaranya Terdengar Gemetar Dan Tubuhnya Berguncang Dalam Isak Tangis.   “ Iya Sudah…. Sudah Jangan Menangis. “ Tangan Guntur Mengusap Lembut Kepala Anaknya Itu.   “ Papah Gak Akan Paksa Kamu Untuk Menikah. Semua Keputusan Ada Di Tangan Kamu. “   “ Beneran, Pah? ” Nadya Melepaskan Pelukannya Dan Menatap Ayahnya.   “ Iya Sayang. “ Guntur Mencium Kening Putrinya, Setelah Itu Ia Berdiri.  “ Papah Cuma Mau Bilang Satu Hal, Dulu Kalau Kamu Minta Apapun Pasti Mamah Dan Papah Turuti, Tapi Sekarang Kami Berdua Meminta Satu Hal Kepada Kamu, Sayangnya Kamu Tidak Bisa Turuti Itu. “ Ucap Guntur Dengan Lembut. Terlihat Wajahnya Lesuh Dan Seperti Orang Yang Banyak Fikiran.   “ Tidak Apa - Apa, Papah Tidak Akan Marah. Lebih Baik Papah Di Penjara Dari Pada Harus Membuat Putri Papah Yang Cantik Ini Bersedih. “ Selesai Bicara, Guntur Bergegas Pergi Keluar Kamar , Secara Tidak Langsung Apa Yang Tadi Guntur Lontarkan Merupakan Sindiran Halus Untuk Nadya . Kalimat Itu Sangat Menohok Bagi Nadya .   Nadya Tertegun , Dirinya Tengah Dilanda Kebingungan. Ia Memijit Kepalanya Yang Mendadak Pusing. “ Gue Harus Gimana? ”Nadya Menggaruk Kepalanya Yang Tidak Gatal, Berusaha Berfikir Sesuatu.   Nadya Tidak Ingin Menikah Muda, Tapi Di Sisi Lain Dia Juga Tidak Ingin Papahnya Di Penjara, Di Tambah Lagi Papahnya Itu Memiliki Penyakit. Nadya Juga Tidak Ingin Tinggal Di Pinggir Jalan Dan Membiarkan Orang Tuanya Bersedih. Apa Yang Papahnya Katakan Ada Benarnya Juga, Dulu Sewaktu Belum Bangkrut Apapun Yang Nadya Inginkan Selalu Di Turuti, Tapi Kali Ini Giliran Orang Tuanya Meminta Satu Hal Darinya, Nadya Tidak Bisa Menuruti .   Kepala Nadya Terasa Ingin Pecah Jika Terus Memikirkan Semua Ini, Ia Mengacak Rambutnya Frustasi. Semua Ini Membuat Dirinya Tersiksa. Sebagai Seorang Anak, Nadya Harusnya Mau Berkorban Demi Orang Tuanya Yang Selama Ini Telah Mengurus Dan Membahagiakannya.   Nadya Berjalan Menuju Kamar Orang Tuanya, Ia Mengetuk Pintu Berkali - Kali Sampai Akhirnya Ayahnya Membukakan Pintu Dan Mempersilahkannya Masuk. Nadya Melihat Ibunya Tengah Memasukkan Pakaian Dan Papahnya Mengemaskan Barang - Barang Seperti Orang Yang Ingin Berpindahan.   “ Mamah Dan Papah Ngapain? ” Tanya Nadya Keheranan.   “ Kita Lagi Mengemaskan Barang – Barang. Jadi, Kalo Nanti Rumah Ini Di Sita Kita Tinggal Pergi Aja Gak Perlu Repot - Repot Beresin Barang Secara Mendadak. “ Jawab Lastri Tanpa Memandang Nadya Yang Berharap Ibunya Itu Melihatnya.   Nadya Menundukkan Kepalanya, Ia Meneguk Ludahnya Berkali - Kali Seraya Menghela Nafas Kasar Sebelum Akhirnya Ia Berbicara. “ Mamah Gak Perlu Berkemas, Rumah Ini Gak Akan Di Sita. “ Ucap Nadya Secara Lantang.   Guntur Dan Lastri Seketika Menghentikan Aktivitasnya, Mereka Berdya Menoreh Ke Arah Nadya Yang Tengah Berdiri Tidak Jauh Darinya.   “ Bagaimana Bisa? ” Lastri Terlihat Kebingungan.   “ Jika Nadya Menikah Dengan Anaknya Om Albert Bisa Membuat Kalian Berdua Bahagia, Nadya Akan Turuti Itu. “ Nadya Sudah Berfikir Keras Dan Hasilnya Ia Memutuskan Untuk Menuruti Apa Yang Orang Tuanya Itu Inginkan. Sebagai Seorang Anak Tentu Saja Nadya Tidak Ingin Melihat Orang Tuanya Menderita . Anggap Saja Ini Sebagai Balas Budi Dirinya Sebagai Seorang Anak Kepada Orang Tuanya.   “ Alhamdullilah Nadya!! ” Lastri Berjalan Mendekati Anaknya Itu Lalu Memeluknya Erat -Erat.   “ Mamah Seneng Banget Kamu Setuju. Makasih Nadya , Mamah Sangat Bersyukur. “   Guntur Ikut Tersenyum, Ia Ikut Memeluk Putrinya Itu. “ Terimakasih Nadya, Kamu Memang Anak Yang Pengertian. “   Dalam Pelukan Kedua Orang Tuanya, Nadya Menitikan Air Matanya. Entah Ia Harus Bahagia Atau Bersedih, Nadya Sendiri Tidak Mengerti Bagaimana Perasaannya. Paling Tidak, Melihat Orang Tuanya Tersenyum Sedikit Membuatnya Lega.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD