Vero dan Mischa menganggukkan kepala mereka bersamaan. Setelah memastikan semua uang Vero tersimpan rapi di dalam tas ranselnya, pasangan sahabat yang merajut benangnya secara sepihak itu keluar dari mobil. Angin menerpa rambut keduanya. Mischa menenteng plastik nasi goreng. Hasil mengembara bersama calon bosnya- kalau jadi. Ia cukup sanksi Vero akan kaya raya tanpa bantuan orang tuanya. “Cepet!!” Mereka berjalan terbirit-b***t. Stefany bak nyonya besar telah menanti kedatangan mereka. Ditangannya ada sebuah tongkat pemukul yang diketuk-ketukan ke telapak. “Dari mana kamu pulang tengah malem begini, hah?!” “Kerja Ayang.. Kan sore tadi udah bilang.” “Bener Stef.. Di cafe aku.” Perbantuan datang. Mischa menjelma menjadi juru bicara dadakan Vero. “Tenang, dia nggak deket-deket cewek kok,