"Nak Vio... a–ada apa?" suara Ibu Khumairah terdengar tergagap, seolah-olah lidahnya kelu melihat tatapan Vio yang membara di ambang pintu. Tatapan itu langsung menohok ke arah Khumairah, tajam, menusuk, bagai anak panah yang dilepaskan tanpa ragu. Suara Vio pecah, lantang namun terkontrol penuh penekanan. "Baju boleh rapat. Kerudung boleh lebar. Lulusan dari universitas agama terbaik. Hafalan juz Qur'an banyak. Tapi sayang..." Vio mendekat selangkah, suaranya bergetar penuh kemarahan yang ditahan. "...kelakuanmu lebih busuk daripada valakor!" Ruangan mendadak senyap. Khumairah sontak berdiri, wajahnya memerah, sorot matanya membelalak. "Maksud Mbak apa?!" serunya dengan nada meninggi. Vio terkekeh sinis, ujung bibirnya terangkat penuh ejekan. "Wah, wah, wah... ternyata perempuan yang

